Soal Harga Cabai yang Melambung, Ini Alasan Menteri Pertanian

Dia menambahkan, saat ini pihaknya tengah melakukan penyelesaian terhadap persoalan tersebut agar harga komoditas cabai tidak terus mengalami kenaikan

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUN KALTIM / NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Pedagang menjual cabai tiung pada pembeli seharga 120.000 perkilogram di Pasar Segiri Samarinda Samarinda Kalimantan Timur, Rabu(4/ 1/2016). Harga cabai sempat menyentuh Rp 200.000 pada kemarin (3/1/2016) perkilogram karena minimnya stok di pasaran. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Persoalan gejolak harga komoditas pangan masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan pemerintah.

Seperti saat ini, salah satu komoditas pokok yaitu cabai rawit mengalami lonjakan harga yang begitu besar, tidak hanya di Jakarta, namun juga terjadi di berbagai wilayah.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, dari 14 komoditas strategis hanya komoditas kedelai yang mengalami kendala produksi.

"Gini, dari 14 komoditas strategis hanya satu yang turun dari data Badan Pusat Statistik yaitu kedelai, Cabai nggak turun produksinya," ujar Amran usai Rakernas Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (4/1/2017).

Menurutnya, saat ini untuk komoditas cabai persoalannya adalah faktor musim hujan.

"Persoalannya musim hujan kalau panen busuk, bukan produksinya kurang sehingga kalau hujan tersendat dan itu masalahnya," tegasnya.

Baca: Ini Dia Penyebab Harga Cabai di Kota Tepian Meroket

Namun dirinya menampik, persoalan gejolak harga cabai karena faktor distribusi.

Dia menambahkan, saat ini pihaknya tengah melakukan penyelesaian terhadap persoalan tersebut agar harga komoditas cabai tidak terus mengalami kenaikan.

"Penyelesaiannya adalah kami sudah tata dan kami sudah minta Dirjen Hortikultura agar (penanaman) aneka cabai tidak boleh dibawah 30 ribu hektar per bulan, jadi ada angka-angka yang tidak boleh kurang, karena begitu turun pasti kesulitan," paparnya.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Spudnik Sujono mengatakan, anggaran sebesar Rp 737 miliar akan digunakan untuk program luas tambah tanam perkebunan aneka cabai sebanyak 15.000 hektar dengan alokasi Rp 457 miliar.

ADV_amran sulaiman dan yusran di sawah
Bupati Yusran Aspar saat bersama Mentan Amran Sulaiman sebelum melakukan panen raya padi di Babulu. PPU optimistis mampu mencukupi kebutuhan beras Kaltim.

Menurutnya, anggaran tersebut seiring dengan pengembangan program zonasi wilayah produksi atau buffer zone.

Adapun program ini merupakan salah satu upaya untuk pemerataan area tanam di daerah agar bisa memenuhi kebutuhan wilayahnya dan tidak lagi bergantung pada daerah lain yang menyebabkan gejolak harga.

Dari data pagu anggaran Ditjen Hortikultura pada tahun 2017 untuk program zona produksi kawasan bawang merah dianggarkan Rp 280 miliar dengan luas lahan 7.000 hektar lahan. 

Sedangkan program zona produksi kawasan aneka cabai dianggarkan Rp 457 miliar dengan total luas lahan 15.000 hektar.  (Pramdia Arhando Julianto)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved