Pengusaha juga Nikmati Elpiji Bersubsidi, Jatah Warga tak Mampu jadi Berkurang
Begitu juga dengan harga, di beberapa titik khususnya daerah pedalaman kerap melambung tinggi.
Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Kuota gas elpiji 3 kg bersubdisi untuk Kabupaten Bulungan tahun 2017 bertambah lebih dari 100.000 tabung.
Jika tahun 2016 lalu Kabupaten Bulungan mendapat jatah sebanyak 800.440 tabung dengan volume 2.401 MT atau Metrik Ton (1 MT = 1.000 Kg), maka tahun 2017 ini bertambah menjadi 940.711 tabung dengan volume 2.822 MT.
Data ini sesuai rilis yang diterima Tribunkaltim.co, Selasa (14/2/2017) siang, berdasarkan Rapat Kordinasi Bupati Bulungan dengan Dirjen Migas Kementerian ESDM di Jakarta, Senin (13/2/2017).
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Bulungan, Hasri Effendi, Senin (13/2/2017) mengatakan, penentuan kuota gas elpiji 3 kg bersubsidi untuk setiap daerah sebenarnya sudah sesuai kajian yang benar-benar matang.
Dengan kata lain, tidak ada istilah gas elpiji 3 kg bersubsidi langka di masyarakat.
Namun dalam praktiknya kata dia, selalu saja ada penyimpangan. Bahkan selain digunakan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak berhak, ada saja pengusaha yang masih menggunakan gas LPG bersubsidi tersebut.
"Kalau perusahaan itu sebenarnya harus non subsidi, yang 12 kg lah," ujar Hamri.
Begitu juga dengan harga, di beberapa titik khususnya daerah pedalaman kerap melambung tinggi. Bahkan diwaktu-waktu tertentu, harga gas elpiji 3 kg bisa mencapai lebih dari Rp 50.000.
Memang menurutnya, akses yang harus dilalui distributor ketika mengantar gas elpiji ke pedalaman cukup sulit.
Tapi hal-hal seperti ini tidak lantas dijadikan pembenaran untuk menaikkan harga semaunya dan malah memberatkan warga.
Dan bicara bisnis, tegasnya, hal-hal seperti itu juga harusnya sudah diperhitungkan distributor sejak awal.
"Kalau dinaikkan, sedikitlah, yang wajar. Jangan juga sampai Rp 50.000, subsidi itu kan untuk orang yang tidak mampu," ujarnya. (*)