Preampokan Sadis

Polisi Tembak Mati Eksekutor Perampokan Sadis di Daan Mogot

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho mengatakan, SP terpaksa ditembak mati karena melawan.

Warta Kota/Bintang Pradewo
Pengemudi Kijang Innova berwarna hitam ditemukan tewas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum 34117, Jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (9/6) sekitar 13.30 WIB. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA -- Polisi menembak mati eksekutor penembakan terhadap Davidson Tantono (31). Perampok berinisial SP itu melakukan perlawanan saat hendak ditangkap polisi.

"Ya, yang ditangkap eksekutor," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (20/6/2017).

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho mengatakan, SP terpaksa ditembak mati karena melawan.

"Merebut senjata api anggota. Kemudian anggota melakukan tindakan tegas dan terukur dengan menembak yang bersangkutan, karena dikhawatirkan membahayakan keselamatan petugas dan masyarakat lainnya," kata Rudy.

Bermula saat SP ditangkap di Banyuwangi, Jawa Timur. Polisi meminta SP untuk menunjukan senjata api yang digunakan untuk menembak Davidson Tantono.

Sebab, tersangka mengaku membuang senjata api di jalan bypass Sidoarjo.

"Tersangka mengaku membuang senjata api di jalan bypass Sidoarjo," kata Rudy.

Saat menunjukan senjata api, SP malah mendekati seorang anggota. Kemudian, berusaha mencabut senjata api milik anggota yang mengawalnya.

"Dia mau mencabut senjata api anggota sehingga ditembak secara tegas dan terukur," ucap Rudy.

Komplotan perampok Davidson termasuk dalam jaringan penjahat di Lampung. Dua bulan terakhir beraksi, mereka merampok uang dengan total Rp1.181.800.000,00.

Komplotan tersebut melancarkan aksinya di 23 lokasi berbeda.

Secara sistematis mengincar korban dengan modus menggembosi ban kendaraan. Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Aris Priyono menyebut, komplotan itu, berasal dari desa yang sama di Lampung.

"Saling kenal, dan kebanyakan satu desa, satu kampung. Mulai rampok dari April," ujar Aris saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (18/6/2017).

Berdasarkan catatan kepolisian, sejak April 2017-Juni 2017, komplotan ini sudah malang melintang melakukan aksinya di lintas provinsi. Komplotan ini memang dikenal sadis dan kerap melukai para korbannya.

Tidak tanggung-tanggung, setiap kali beraksi komplotan ini bisa membawa hasil puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved