Kekeringan Panjang Melanda, Banyak Petani Negara Ini yang Memilih Bunuh Diri

Dia menemukan adanya hubungan kuat antara variasi temperatur di negara tersebut dengan angka bunuh diri selama musim pertumbuhan.

NOAH SEELAM / AFP
Seorang penggembala berjalan di atas sungai kering di distri Yadadri Bhuvanagiri, 55 kilometer dari Hyderabad pada tanggal 30 Mei 2017, di selatan provinsi Telangana, India. 

TRIBUNKALTIM.CO - Tampaknya kita tidak perlu menunggu hingga 2100 untuk melihat bagaimana perubahan iklim membunuh manusia.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh University of California, Berkeley, sekitar 60.000 petani di India telah bunuh diri akibat perubahan iklim.

Dalam studi yang dipublikasikan minggu lalu dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) tersebut, Tamma Carleton dari UC Berkeley membandingkan data selama lima dekade terakhir mengenai perubahan iklim dan kasus bunuh diri di India.

Dia menemukan adanya hubungan kuat antara variasi temperatur di negara tersebut dengan angka bunuh diri selama musim pertumbuhan.

Bahkan, kenaikan 1 derajat celcius saja pada hari-hari pertumbuhan tanaman berkolerasi dengan peningkatan kasus bunuh diri sebanyak 67, dan kenaikan 5 derajat celcius diasosiasikan dengan tambahan 335 kematian akibat bunuh diri.

Sebaliknya, Carleton juga menemukan bahwa peningkatan curah hujan sebanyak satu sentimeter per tahun mengurangi angka bunuh diri sebanyak tujuh persen.

Secara total, Carleton memperkirakan bahwa sebanyak 59.300 kasus bunuh diri di bidang pertanian selama 30 tahun terakhir di India bisa dihubungkan dengan pemanasan global.

Wabah bunuh diri

Kasus bunuh diri memang mewabah di India. Dilaporkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), India memiliki angka bunuh diri tertinggi di dunia.

Pada tahun 2015 saja, sebanyak 133.623 orang di India memilih untuk mengakhiri hidupnya, dan hampir sepersepuluh dari mereka atau sekitar 12.000 orang adalah petani dan pekerja pertanian.

Beberapa alasan menjadi pemicu, termasuk kebangkrutan, utang, dan masalah-masalah pertanian lainnya.

Di dalam makalahnya, Carleton menulis bahwa peningkatan temperatur selama musim pertumbuhan mengurangi panen dan menambahkan tekanan ekonomi bagi para petani-petani India.

“Kekurangan ini juga masuk ke perekonomian, dan membuat populasi yang bertani dan tidak bertani tertekan karena naiknya harga pangan dan turunnya kebutuhan akan pekerja pertanian,” tulis Carleton.

Hal ini terbukti dalam protes yang dilakukan oleh para petani dari Tamil Nadu. Mereka membawa tulang-tulang dan tengkorak petani yang bunuh diri dan menumpuknya di Jantar Mantar, Delhi, tidak jauh dari gedung parlemen India.

Menurut mereka, kekeringan terhebat dalam 140 tahun terakhir telah membunuh ratusan petani Tamil Nadu.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved