Kecewa Bonus tak Kunjung Cair, Mantan Atlet Kaltim Ini Merasa 'Diwaluhi'
Kisruh soal kekurangan bonus atlet-pelatih Kaltim di PON 2016 rupanya mengundang reaksi dari berbagai pihak. Salah satunya mantan atlet
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Kisruh soal kekurangan bonus atlet-pelatih Kaltim di PON 2016 rupanya mengundang reaksi dari berbagai pihak. Salah satunya mantan atlet terbaik Binaraga Nasional, Hendra Radinal Ari yang murka dengan perlakuan pemerintah terkait bonus bagi atlet berprestasi.
Hendra turut hadir di tengah-tengah puluhan atlet-pelatih Kaltim di gedung DPRD Kaltim, Jl Teuku Umar, Samarinda, Selasa (15/8). Aksi ke DPRD ini dilakukan lantaran persoalan bonus selalu menjadi polemik yang tak kunjung usai sejak dirinya masih menjadi atlet, 2000 silam.
Baca: Ini Komitmen DPRD Setelah Digeruduk Atlet dan Pelatih Kaltim soal Kekurangan Bonus PON
"Sebetulnya kami malu karena permasalahan ini muncul sejak saya jadi atlet 2000. Bonus tidak jelas. Ketika kita demo baru jelas, tapi belum dicairkan. Tapi ketika demo lagi nah baru sisanya diberikan," ungkap peraih medali emas 4 kali PON ini.
Tak hanya itu ia mengaku bosan dengan cara pemerintah yang terkesan meremehkan perjuangm atlet lewat ketidakjelasan bonus. Bahkan kerap kali atlet 'dilempar' ke sana kemari hanya untuk mempertanyakan kejelasan bonus.
"Awal itu juga bonus mengambang ada bonus dijanjikan Rp 250 + rumah + diangkat jadi PNS. Wah hebat sekali Kaltim ini. Nyatanya pemerintah nol besar. Diwaluhi (diakali, dibohongi, red) kita. Dilempar-lempar kita," ucapnya dengan nada tegas.
Mantan atlet Kaltim yang kini menjadi pelatih Binaraga itu berharap pemerintah serius memenuhi hak atlet. Sebab kehidupan atlet sangat bertumpu dengan bonus yang sudah dijanjikan pemerintah.\
Baca: Mantan Atlet Terbaik Binaraga Nasional Ini Berang pada Perlakuan Pemprov soal Bonus: Diwaluhi Kita!
"Kami bosan dengan cara begini. Jangan lagi lah kami dipusingkan tentang ini. Yg pasti kami harus diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan kami. Kami berharap ada kepastian sisa bonus akan dibayarkan. Kami maunya bertanding dan berjuang," tuturnya.
Lebih lanjut Hendra menceritakan pahit getirnya hidup seoarang patriot olahraga. Bertahun-tahun atlet melewatkan masa mudanya hanya untuk fokus bertarung di arena. Tak ada motivasi lain dalam hidupnya kecuali membawa Kaltim disegani di level nasional. Ia pun berlatih keras dan berjuang hingga keringat penghabisan. Maka wajar seorang atlet menuntut haknya setelah menuntaskan kewajiban.
Menurutnya hidup atlet sangat bergantung pada bonus. Pasalnya tak ada pekerjaan lain seorang atlet kecuali berjuang di arena. Ia menilai menuntut kejelasan bonus, tidak sama denga mencari untung, melainkan atlet menuntut hak.
Ia mengaku meskipun atlet sudah mengantongi bonus, tak semua hasil bonus itu bisa mencukupi kehidupannya. "Ini bukan soal untung, karena kita dapat bonuspun juga nggak pernah untung. Kebutuhan atlet itu besar, juga bukan karena gaya hidup. Tapi kebutuhan menjaga fisik," ujarnya.
Semasa menjadi atlet, Hendra membutuhkan konsumsi vitamin, dan asupan gizi untuk memacu fisiknya menjadi prima. kebutuhan fisik vitaminpun harganya tidaklah murah. Bahkan ia sampai merogoh kocek pribadi demi kebutuhan vitamin. Setidaknya tiap atlet binaraga merogoh kocek sekitar Rp 15 juta per bulan untuk kebutuhan vitamin.
Uang bonus yang selama ini dituntut atlet bukanlah untuk meningkatkan kekayaan pribadi atlet semata. Hendra berani menjamin tak ada atlet yang hidupnya kaya raya meskipun prestasinya segudang.
Bonus Rp 250 juta untuk atlet peraih medali emas PON 2016 itu menurutnya belum mampu menutupi kerugian atlet berjuang selama 4 tahun. (*)