Soal Ancaman Atlet Pindah, Pelatih Gulat Ini Minta Belajar dari Eko Yuli

Kali ini pemprov sampai saat ini belum menepati juga memberikan bonus bagi atlet berprestasi di gelaran PON XIX Jawa Barat 2016 lalu.

Editor: Sumarsono
KOMPAS.com/PIPIT PUSPITA RINI
Lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan, berpose dengan medali perak yang diperolehnya di kelas 62 kg pada Olimpiade Rio 2016 di Riocentro Pavilion 2, Selasa (9/8/2016). 

TRIBUNKALTIM.CO - SEPAK terjang olahraga Kaltim harus kembali mendapat ujian. Kali ini pemprov sampai saat ini belum menepati juga memberikan bonus bagi atlet berprestasi di gelaran PON XIX Jawa Barat 2016 lalu. Kejadian serupa pernah terjadi ketika 2012 lalu.

Seperti yang dirasakan Pelatih Angkat Besi Kaltim Lukman yang ketika itu justru peraih medali kedua dan ketiga tidak dibayar oleh Pemprov Kaltim.

Ketika itu dirinya menjadi pelatih angkat besi Kaltim di PON Riau merupakan pelajaran yang berharga bagi seluruh stake holder Kaltim yang berperan memajukan olah raga Kaltim. Tentu Lukman tidak ingin ada atlet angkat besi yang mengikuti jejak Eko Yuli Irawan. Eko memutuskan pindah ke Jawa Timur. Situasi tersebut sebetulnya sangat disayangkan.

Baca: Kakek Nekat Bawa Sabu Sabu 6 Kg, Tergiur Upah Rp 120 Juta Alasannya Buat Ini

Lukman berharap Pemprov, Pengprov, serta KONI Kaltim bisa menyelesaikan persoalan ini agar tidak berlarut larut. Menurut salah satu pelatih yang berhasil menciptakan atlet dunia dia tidak menginginkan Kaltim kembali kehilangan atlet terbaiknya.

Dia sangat menyesalkan dengan keputusan anak asuhnya tersebut. Tetapi dia tidak bisa menghalangi keinginan Eko berpindah ke provinsi lain. Pemprov Kaltim harus bisa merencanakan anggaran yang berkelanjutan untuk cabor yang Pra PON.

"Eko merupakan sebuah pelajaran bagi kita semua. Tentu kita tidak berharap ada atlet yang kembali pindah keluar Kaltim. Situasi Eko saat itu memang sangat dilema, terlebih dia sudah berkeluarga, terus tidak bekerja. Ya sebagai pelatih saya juga harus mengerti kondisi atlet saya," katanya kepada Tribun.

Baca: Come Back Asri Akbar, Borneo FC Sukses Kalahkan Mitra Kukar 4-0

Lukman berharap Pemprov Kaltim bisa mencarikan solusi. Setidaknya masalah anggaran harus direncanakan dengan matang. Selain permasalahan bonus yang menjadi persoalan, pemprov harus bisa memikirkan tentang pembinaan atlet. Terlebih selama ini masih banyak atlet yang tidak bekerja atau hanya mengandalkan pemasukan pendapatan dari atlet.

"Selama ini justru atlet banyak mengandalkan dari bonus, karena untuk kebutuhan sehari-harinya mereka mandiri. Seperti uang saku, uang makan itu semua kan untuk menunjang mereka sebelum mengikuti kejuaraan. Belum lagi untuk makanan tambahan seperti suplemen untuk atlet," katanya.

Baca: VIDEO - Bak Seorang Dewi, Beginilah Penampilan Calon Istri Song Joong Ki Saat Sesi Pemotretan

Tidak sedikit juga atlet yang menggunakan bonus tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Lukman juga berharap agar cabor harus bisa melakukan inovasi atau langkah-langkah lain seperti menjalin kerjasama dengan swasta yang bisa membantu pendanaan. Beberapa cabor menurutnya sudah melakukan langkah tersebut setidaknya bisa meringankan beban KONI. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved