Awesome, Lahan Eks Tambang di Kukar Dijadikan Perkebunan Karet, Hasilnya Mencengangkan
Sementara ini, lanjut Bambang, lahan eks tambang hanya diperuntukkan untuk komoditi yang tidak dimakan
Penulis: Rafan Dwinanto | Editor: Januar Alamijaya
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim coba membudidayakan karet di lahan eks tambang. Ujicoba penanaman karet ini sudah dilakukan di eks lahan tambang milik PT Multi Harapan Utama (MHU) di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Hal ini diungkapkan Kabid Budidaya Disbun Kaltim, Bambang, Jumat (26/1/2018).
“Luas tanamnya itu 200 hektar di lahan eks tambang. Baru jalan dua tahun,” kata Bambang.
Baca: Ternyata Pelecehan Seksual Oleh Perawat Rumah Sakit Bukan yang Pertama, Wanita Ini Beberkan Faktanya
Sekadar informasi, tanaman karet sendiri baru bisa dipanen getahnya di usia lima tahun. “Jadi, memang kita masih uji coba. Hasilnya belum tahu,” katanya lagi.
Disbun, kata Bambang, memang mencoba memanfaatkan lahan eks tambang untuk budidaya. Meski demikian, sampai saat ini Disbun masih meneliti apakah lahan eks tambang aman untuk perkebunan.
“Kita masih teliti. Karena, lahan eks tambang yang top soilnya tidak dikembalikan, mungkin mengandung zat berbahaya. Kan jarang yang saat reklamasi, top soilnya dikembalikan,” ungkap Bambang.
Baca: Mengejutkan, Hasil Survei LSI, Partai Ini yang Raih Suara Terbanyak di Pemilu 2019
Sementara ini, lanjut Bambang, lahan eks tambang hanya diperuntukkan untuk komoditi yang tidak dimakan. “Karet bisa. Sawit juga bisa, tapi sawit yang akan digunakan untuk bahan baku biofuel. Bukan yang untuk dimakan,” ucapnya.
Pengembangan perkebunan karet di Kaltim memiliki berbagai tantangan. Selain dari harga yang berfluktuatif, diperlukan kesabaran dan kehati-hatian dalam mengelola perkebunan karet. Hal ini pula yang membuat perkebunan karet di Kaltim masih sangat didominasi oleh perkebunan rakyat.
Bambang, mengungkapkan, risiko perkebunan karet lebih tinggi dibandingkan sawit.
“Hampir semua perkebunan karet di Kaltim ada kebun rakyat. Karena, karet ini harus dirawat tiap hari. Menyadapnya saja ada jam tertentu. Subuh sampai jam 09.00 pas lagi deras-derasnya getahnya. Kalau sawit tinggal lempar juga tumbuh,” kata Bambang.
Ancaman alih fungsi lahan pun cukup besar jika perkebunan karet hanya dikelola oleh masyarakat. “Bisa lihat di Loa Janan, Muara Badak. Banyak masyarakat yang menjual kebunnya hanya karena tak sabar mau dapat uang cepat,” kata Bambang.
Padahal, masyarakat yang telaten mengurus kebunnya, kata Bambang, memiliki taraf hidup yang jauh lebih baik, dibanding yang telah menjual kebunnya.
“Jual kebun Rp 100-200 juta terus mau ngapain? Yang telaten ngurus kebun justru lebih tenang sampai anak cucu,” katanya.