Fashion

Kain Kalimantan Dikenalkan di New York Fashion Week, Ternyata Ada Kisah Sedih di Baliknya

Desainer yang terkenal dengan koleksi abayanya ini kemudian menelusuri lebih lanjut mengapa kain tersebut bisa tak "terdengar".

KOMPAS.com/Nabilla Tashandra
Perancang Busana Indonesia Vivi Zubedi (tengah) bersama dua model yang mengenakan koleksi busana Urang Banua yang akan dipamerkan pada gelaran New York Fashion Week 2018 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Kain Sasirangan dan Pagatan menjadi kain tradisional pilihan Perancang Busana Vivi Zubedi untuk dipamerkan ke gelaran New York Fashion Week 2018.

Rupanya, ada cerita menyentuh di balik dipilihnya kain khas Kalimantan Selatan itu.

Ini diawali penelusuran Vivi terhadap kain Sasirangan, jenis kain tenun yang saat ini masih belum banyak diketahui, bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri.

Dalam penelusurannya, ia kemudian menemukan kain Pagatan di wilayah yang sana.

Baca: Kain Kalimantan Naik Kelas, Desainer Cantik Ini Promosikan Fashion Urang Banua di New York!

Vivi pun memikirkan untuk mengkolaborasikan dua jenis kain tenun tersebut agar lebih dikenal secara luas.

Desainer yang terkenal dengan koleksi abayanya ini kemudian menelusuri lebih lanjut mengapa kain tersebut bisa tak "terdengar" ke luar daerah dan belum tereksplor.

Namun, yang ditemukannya justru hal lain yang tak berkaitan dengan ketertarikannya terhadap fesyen.

"Ternyata saya menemukan sisi lain kehidupan bahwa para ibu perajin kain ini masih sangat jauh dari kata sejahtera. Saya masuk ke desa tersebut kayak kembali ke masa lampau," ujar Vivi dalam konferensi persnya di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (31/1/2018).

Baca: Guru TK di Tenggarong Histeris Kehilangan Sebagian Rumahnya

Ia pun mempelajari proses pembuatan kain tersebut termasuk mempraktikkannya.

Mulai dari proses menggambar, proses jeluhur, pencelupan, hingga membuka kembali jelujuran.

Perempuan lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) itu kaget saat mengetahui upah para perajin tersebut.

"Saya tanya ke ibu yang menggambar, biasanya upahnya Rp 1.000 per kain. Lalu ke penjahit yang membuka jelujur. Itu sulit, lho. Kalau salah sedikit kainnya bisa bolong. Untuk yang motifnya ramai itu hanya diupah Rp 500."

"Dia bilang kalau mau banyak penghasilannya dia harus kerjain sekitar 50 lembar sehari," kata Vivi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved