Sebut Belum Ada Solusi dari Pemerintah, Edi Ungkap Saat Hujan Berkepanjangan Banjir Sampai 3 Meter
Ia mengaku tinggal di atas Sungai Ampal ini sejak belum ada lampu jalanan hingga padat dan ramai seperti saat ini.
Penulis: Siti Zubaidah |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Edi (50) Warga RT 31 Kelurahan Damai, Balikpapan Kota kerap mengeluh karena hampir setiap hujan rumahnya kebanjiran.
Ditemui di rumahnya pria memiliki dua anak itu berharap pemerintah bisa segera membebaskan lahan dibelakang rumahnya, lantaran air Sungai Ampal kerap naik saat musim hujan seperti ini.
"Kalau sudah banjir sampai 3 meter tingginya, apalagi musim hujan, rumah kami ada loteng sampai tiga tahap, kalau sudah ditahap ke tiga biasanya kami ngungsi ke rumah tetangga yang lebih tinggi," ujarnya.
Informasi yang diperoleh Tribun, Pemerintah Kota Balikpapan menganggarkan sekitar Rp 5 miliar khusus banjir ditahun 2018 ini.
Penanganan banjir menjadi prioritas kota Balikpapan. Namun sampai saat ini pelebaran Sungai Ampal yang menjadi sumber utama masalah banjir ini belum selesai. Hal ini terkendala pembebasan lahan dan anggaran.
"Kalau tidak salah kemarin infonya akan ada pelebaran sungai Ampal yang letaknya tepat berada dibelakang rumah saya. Infonya pelebaran 10 meter ke kiri dan ke kanan dari bibir sungai. Rencananya akan dibebaskan segitu," kata Edi yang sudah 20 tahun tinggal diwilayah Sungai Ampal tepatnya di belakang Jalan Beller.
Baca juga:
Inilah Nominal Hadiah untuk Klub Pemenang dan Peserta Piala Gubernur Kaltim
Penggunaan Voice dan SMS Operator Ini Turun Signifikan, Tapi Layanan Data Melonjak Tajam
Dua Paslon Tak Hadiri Deklarasi Anti Politik Uang dan SARA, Bawaslu: Masyarakat Bisa Menilainya
Edi pun rela saja jika tanahnya dibebaskan oleh Pemerintah, asalkan semua sesuai dengan harganya.
"Tergantung dari rapat sama warga setempat, pokoknya kami minta sesuai dengan appraisalnya saja. Kalau tidak sesuai, kami terima saja banjir melanda rumah kami," ungkapnya.
Ia mengaku tinggal di atas Sungai Ampal ini sejak belum ada lampu jalanan hingga padat dan ramai seperti saat ini.
"Kalau banjir besar sampai 3 meter tingginya. Kami ada sampai tahap ke tiga rumah kami, kalau itu sudah kena kami ngungsi ke rumah tetangga yang tinggi. Pembebasan nanti kena, ini wacana saja terus belum ada tindakan, yang parah disini ada 50 KK yang terkena banjir," ungkapnya.
Akibat banjir ini, rumah Edi yang terbuat dari kayu menjadi rapuh dan bolong-bolong,
Edi pun terpaksa membeli alat bangunan baru untuk memperbaiki rumahnya yang sudah rusak parah akibat banjir. (*)