Polisi Penembak Ipar Masih Linglung, Ini Sinyal dari Korban sebelum Tewas

Komisaris Polisi Fahrizal (41), Wakapolres Lombok Tengah, membikin gempar karena menambak mati adik iparnya.

Editor: Sumarsono
TribunStyle.com/ Kolase
Kompol Fahrizal 

TRIBUNKALTIM.CO, MEDAN - Komisaris Polisi Fahrizal (41), Wakapolres Lombok Tengah, membikin gempar karena menambak mati adik iparnya. Namun hingga hari kedua setelah peristiwa berdarah itu Fahrizal masih dalam kondisi linglung sehingga penyidik kesulitan mengorek keterangan dari tersangka.

"Motifnya belum tahu, karena sampai dengan saat ini tersangka belum diperiksa, karena masih linglung," kata Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Pol Rina Sari Ginting, Jumat (6/4).

Fahrizal menembak adik iparnya, Jumingan (33), pada Rabu (4/4) malam di rumah ibu kandungnya, Jl Tirtosari, Gang Keluarga No 14, Kelurahan Bantan, Kota Medan. Pada saat itu Fahrizal datang ke kota kelahirannya untuk menjenguk sang ibu, Kartini (60), yang baru sembuh dari sakit.

Baca: Dikenal Ramah, Berikut 5 Fakta Kompol Fahrizal yang Tembak Adik Iparnya dengan Keji karena Dendam!

Awalnya Fahrizal dan Kartini berbincang biasa saja. Namun kemudian perwira menengah (pamen) itu menodongkan revolver ke arah Kartini. Jumingan yang melihat kejadian itu berupaya mengingatkan Fahrizal namun justru dia mendapat tembakan hingga enam kali.

Kombes Pol Rina Sari Ginting menambahkan penyidik sudah melakukan pemeriksaan terhadap empat orang saksi. Seluruh saksi merupakan keluarga Fahrizal. "Untuk prarekontruksi belum tahu kapan," ujar Rina.

Polda Sumatera Utara juga menghadirkan dokter forensik kejiwaan untuk terus memantau kondisi Fahrizal. "Hasilnya nanti akan diserahkan ke penyidik. Tapi kami mohon maaf belum bisa mempublikasikan hasil pemeriksaan dari dokter forensik kejiwaan,"ujarnya.

Menurut Rina Sari penembakan yang dilakukan Kompol Fahrizal diduga karena rasa marah. "Tapi belum bisa kami pastikan karena harus didukung oleh fakta," ujarnya.

Baca: Astaga Naga! Transgender Ini Percaya Dirinya Seekor Naga, Habiskan Rp 772 Juta untuk Ubah Penampilan

Ia mengaku ada beberapa tim yang diturunkan untuk memeriksa Kompol Fahrizal. "Ada juga tim yang dikerahkan ke lapangan untuk mencari fakta," kata Rina.

Kasus itu menyisakan kenangan mengharukan. Seorang ibu-ibu warga sekitar, bernama Ulin, mengungkapkan Jumingan dikenal sebagai sosok yang baik dan tidak pernah bermasalah dengan tetangga.

"Dia itu orangnya baik, selalu ramah pada warga di Gang Keluarga ini. Kalau lewat pasti selalu menegur. Biasanya saya lihat dia pergi keluar rumah untuk kerja sekira pukul 08.00 dan pulangnya sekira pukul 17.00," tambahnya.

Jumingan juga dikenal aktif dalam pengajian bapak-bapak. "Korban itu aktif dalam kegiatan wiridan. Hampir setiap minggu selalu ikut wiridan," katanya.

Sebelum tewas ditembak, Jumingan sudah memberikan sinyal tidak akan lama lagi berada di dunia. "Malam Jumat ini aku nggak datang wirid ya, kalian saja yang datang ke rumahku," kata Ulin menirukan perkataan Jumingan sebelum meninggal.

Baca: Golkar Minta Mahyudin Patuhi Putusan Partai, Digantikan Titiek sebagai Pimpinan MPR

Ternyata perkataannya benar. Sehari kemudian ia tewas diterjang enam proyektil yang ditembakkan dari jarak dekat. Jumingan meninggalkan sang istri, Henny dan seorang anak lelaki berusia 2 tahun. (tribunmedan/cr9)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved