Korban Semburan Api Bertambah Dua Orang Tewas
Sumur minyak terbakar itu cuma berjarak 30 meter dari rumah penduduk. Warga panik, dan mereka lebih memilih menyelamatkan keluarganya
TRIBUNKALTIM.CO, BANDA ACEH - Sejumlah petugas tetap berjaga di lokasi ledakan sumur minyak ilegal yang telah padam di Desa Pasir Putih, Rantau Pereulak, Aceh Timur, Aceh, Kamis (26/40).
Meski api telah padam, minyak mentah dari pipa lubang sumur tersebut masih menyembur ke udara serta terjadi peningkatan bau minyak dan gas sehingga warga dilarang mendekat dalam jarak radius 400 meter.
"Api sudah padam, tapi minyak mentah keluar bercampur air 80 persen," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh, Teuku Ahmad Dadek, Kamis. Ia juga menyebut jumlah korban meninggal bertambah menjadi 21 orang.
"Kamis pagi ini, yang meninggal bertambah dua orang, dari sebelumnya 19 orang," katanya. Korban tambahan itu itu bernama Ishak (48), yang sebelumnya menderita luka bakar serius dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Sultan Abdul Aziz, Peureulak.
Korban lain yang meninggal, Zainal Abidin (35), sempat dirawat di Rumah Sakit Sultan Abdul Aziz. "Hingga kini tercatat, tinggal 38 orang korban mengalami luka-luka mendapat penangan medis oleh rumah sakit," kata Ahmad.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Ir Akmal Husen mengingatkan agar masyarakat sebaiknya menjauh dari lokasi tersebut untuk beberapa waktu. Alasannya, biasanya setelah api padam sumur itu akan mengeluarkan air bersama gas hidrokarbon, sulfida, dan CO, untuk beberapa waktu.
"Gas itu berbahaya bagi kesehatan manusia. Masyarakat sekitar tempat kejadian perlu menjaga jarak," kata Akmal Husen. Ia menyebut semburan api dan gas memang sudah padam, hanya tinggal semburan air lumpur setinggi 4 meter. Air lumpur tersebut bercampur gas.
Masyarakat yang melintas di sekitar sumur gas, kata Akmal, harus menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung yang bisa menyaring bau gas tak sedap.
Berdasarkan hasil peninjauan dan observasi tim Dinas ESDM Aceh ke lokasi kejadian, kedalaman pengeboran mencapai 258 meter.Pengeboran migas sedalam itu, menurut Akmal, akan menemukan cekungan gas atau tumpukan-tumpukan migas yang tidak ekonomis untuk dieksploitasi.
Tak heran lokasi itu ditinggalkan oleh Pertamina. Tapi kelompok masyarakat pencari minyak tradisional, kata Akmal, tidak memikirkan bahaya dari tindakannya.
Yang mereka pikirkan adalah bisa mendapat minyak mentah, kemudian diolah jadi berbagai jenis bahan bakar, semisal minyak tanah dan premium.
Tindak tegas
Akibat peristiwa itu sebanyak 198 orang penduduk Desa Pasir Putih masih mengunggsi ke daerah lebih aman. Teuku Ahmad Dadek mengaku telah mendata 55 kepala keluarga, berjumlah 198 orang, yang berdomisili di sekitar lokasi terbakar sumur minyak.
Teuku Ahmad Dadek melaporkan saat ini puluhan rumah di sekitar sumur minyak terlihat kosong, pintu dan jendela tertutup rapat seperti tidak berpenghuni. Sisa-sisa kebakaran, seperti beberapa alat penyulingan minyak mentah drum dan kendaraan pengangkut roda dua, masih berada di lokasi.
"Sumur minyak terbakar itu cuma berjarak 30 meter dari rumah penduduk. Warga panik, dan mereka lebih memilih menyelamatkan keluarganya dulu," kata Teuku.
Bupati Aceh Timur Hasballah HM Thaib menegaskan, penyulingan minyak tradisional di wilayahnya harus ditutup karena selain ilegal, juga membahayakan keselamatan.