Gereja di Surabaya Dibom

Aksi Mengutuk Terorisme di Balikpapan, Sikap Ini jadi Cikal Bakalnya

"Kami sangat terluka dan prihatin, kami mengutuk aksi teror yang terjadi," ujar Eben Marwi Ketua Gusdurian Kota Balikpapan.

TRIBUN KALTIM/NALENDRO PRIAMBODO
Caption : Massa gabungan dari Gusdurian, Pergerakan Mahasiswa Muslim (PMII) Indonesia dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indoensia (GMKI) Kota Balikpapan menggelar aksi serupa berpusat di Lapangan Merdeka, Minggu (13/5/2018) malam. Aksi ini sebagai bentuk solidaritas dan belasungkawa atas rentetan aksi teror di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, disusul pengeboman tiga gereja di Surabaya yang menyebabkan 11 orang tewas. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Nalendro Priambodo

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Rentetan aksi teror di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, disusul pengeboman tiga gereja di Surabaya yang menyebabkan 11 orang tewas, memancing gelombang solidaritas dan belasungkawa di berbagai kota.

Di Balikpapan, sejumlah massa dari Gusdurian, Pergerakan Mahasiswa Islam (PMII) Indonesia dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indoensia (GMKI) Kota Balikpapan menggelar aksi serupa berpusat di Lapangan Merdeka, Minggu (13/5/2018) malam.

Aksi diisi dengan membakar lilin dan orasi bergantian dari tiap peserta.

Baca: 4 Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Ledakan 3 Gereja di Surabaya

"Kami sangat terluka dan prihatin, kami mengutuk aksi teror yang terjadi," ujar Eben Marwi Ketua Gusdurian Kota Balikpapan.

Di saat yang sama Ebin meminta agar sejumlah pihak agar tak mempolitisir tragedi ini, dirinya juga meminta agar media tak memberikan panggung pada pihak yang menebar ujaran kebencian agar benih-benih intoleransi, radikalisme tak tumbuh. 

"Kita melihat politisi mengambil kesempatan untuk menunggangi jadi alasan politik untuk menyudutkan. Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk gontok-gontokan,"ujarnya.

Baca: Berawal dari Wanita Berbaju Hitam, Inilah Kronologi Bom di GKI Diponegoro Surabaya

Ia mengapresiasi langkah TNI/Polri yang senantiasa tanggap melawan aksi teror.

Pun begitu, dibutuhkan tindakan bersama menghalau terorisme dengan cara pandang kontra terorisme, yang bibitnya dari pikiran yang intoleran.

"Cikal bakal intoleransi dulu, untuk ideologisasi teroris dimulai dari sana, mencuci otak itu mudah bagi orang yang intoleran. Orang (intoleran) Itu paling mudahan dijadikan radikal dan terorisme,"ujarnya.

Setelah aksi solidaritas spontan kali ini, mereka berniat mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh lintas agama membahas langkah apa yang bisa dilakukan agar kerukunan dan aksi serupa tak terjadi di Kota Balikapapan dan sekitarnya.

Kembali ia menegaskan, bahwa sebuah perbedaan patut disyukuri dan bukan dijadikan alat untuk saling membenturkan satu sama lain.

"Seluruh agama saya yakin tidak mengajarkan aksi teror,"ujarnya.

Sementara itu, Monika Tikupadang, Ketua Cabang GMKI Balikapapan, di tempat yang sama, turut mengecam aksi dan mengajak elemen masyarakat lain untuk berkolaborasi melawan tindakan intoleran dan teror.

"Karena orang awam akan melihat persoalan agama, kami melihat ini soal kemanusiaan," katanya.

GMKI meminta agar polisi bisa mengamankan gereja di Kota Balikapapan agar kejadian serupa tak terjadi.

Selain itu, menyambung aksi kali ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan Persatuan Gereja Indonesia dan elemen lain untuk mendiskusikan langka apa yang akan diambil guna menjaga kondusifitas kota Balikapapan. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved