Terungkap, Pelaku Bom Larang Anaknya Sekolah dan Sering Ajak Video Terorisme
Polisi menemukan sejumlah bahan peledak ketika melakukan penggeledahan di rumah Tri Murtiono, pelaku pengebom Polrestabes
TRIBUNKALTIM.CO, SURABAYA - Polisi menemukan sejumlah bahan peledak ketika melakukan penggeledahan di rumah Tri Murtiono, pelaku pengebom Polrestabes Surabaya. Penggeledahan berlangsung sekira 3,5 jam, Selasa (15/5), di rumah kontrakan Tri Murtiono, kawasan Tambak Medokan Ayu, Gang 6, Rungkut, Surabaya.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan hadir di lokasi penggeledahan. Namun Kapolrestabes belum bisa memberikan keterangan detail mengenai jumlah dan jenis bahan peledak yang ditemukan di rumah tersebut.
"Ada bahan peledak, tapi belum bisa beri keterangan pasti, kasih waktu kami bekerja," ujar Kapolrestabes Surabaya. Selama penggeledahan tidak terdengar ledakan.
Baca: Kenang Korban Bom Surabaya, Mahasiswa Fisip Unmul Nyalakan Lilin Diperempatan Jalan
Tri Murtiono bersama istri dan tiga anaknya melakukan aksi bom bunuh diri di pintu gerbang Polrestabes Surabaya, Senin pagi. Dalam aksi itu, anak bungsu Tri Murtiono bernama Ais (8) tidak ikut tewas.
Aksi Tri Murtiono sekeluarga terjadi sehari setelah keluarga Dita Oepriyanto (Ketua Jamaah Ansharut Daulah/JAD Surabaya) melakukan aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Minggu pagi. Pada malam harinya terjadi ledakan di rumah Anton Febrianto, di rusunawa Wonocolo, Kecamatan Taman, Sidoarjo.
Para pengebom itu saling mengenal satu sama lain. Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan Tri Murtiono dan Anton Febrianto berguru kepada Dita. Mereka ini melakukan pertemuan setiap minggu di rumah Dita, kawasan Rungkut, Surabaya.
"Mereka ini satu jaringan, satu guru. Gurunya Dita. Mereka didoktrin pemahaman teror," jelas Machfud di Polda Jatim, Surabaya, Selasa. Machfud menuturkan, mereka berkumpul setiap minggu sejak lama.
Selain menerima doktrin, Tri dan Anton juga menonton film-film soal terorisme. Tidak hanya para orangtua, kata Machfud, anak-anak mereka juga ikut mendengarkan doktrin dari Dita.
"Bahkan, anak-anak pelaku dilarang sekolah. Kalau ditanya, mereka bilang (anak-anak) ikut home schooling. Padahal sebenarnya mereka tak boleh sekolah. Anak-anak didoktrin terus, ditontonkan video mengenai teroris," ujar Machfud.
Baca: Koalisi Anti Radikalisme Kaltim Desak DPRD Minta Pemerintah Segera Sahkan Revisi UU Terorisme
Kapolda menambahkan ada seorang anak Anton Febrianto yang tak mau ikut kelompok itu. Dia memilih ikut neneknya dan memutuskan untuk bersekolah.
Machfud menerangkan, para pelaku kompak melakukan serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo ini lantaran ini ingin masuk surga. "Mereka (pelaku) ini ingin masuk surga bareng-bareng," terang Machfud.
Menurut Kapolda, saat ini Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror tengah memburu sosok yang menjadi guru dari Dita.
"Ada dua orang yang sedang dikejar, mudah-mudahan cepat ditangkap. Dua orang ini perannya sangat penting," jelas Machfud. (*)