Air Sungai Segah Berubah Coklat Kehitaman, Warga Berau Khawatir; DLHK Segera Ambil Sampel

Rumah Rusmawandi memang berada di seberang sungai, sehingga pencemaran di sungai ini sering dilihatnya dalam beberapa hari terakhir.

TRIBUN KALTIM / GEAFRY NECOLSEN
Air Sungai Segah, Kabupaten Berau, kembali tercemar. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, saat ini tengah meneliti zat apa yang mecemari sungai ini. Tampak aktivitas di bantaran Sungai Segah 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Tahun 2015 lalu, masyarakat Berau dihebohkan dengan peritiwa merebaknya ganggang di Sungai Segah, yang membuat warna air sungai yang biasanya coklat, berubah menjadi hijau.

Peristiwa ini diduga disebabkan oleh pencemaran sungai, yang membuatnya menjadi ideal bagi pertumbuhan ganggang.

Pecemaran Sungai Segah, kembali terjadi. Senin (4/6/2018) warga kembali menemukan fenomena air sungai yang berubah coklat kehitaman.

Warga mengatakan, kondisi ini disebabkan oleh tumpahan oli, sebagian lainnya menyebut tumpahan solar.

“Ini (pencemaran) sudah ada sejak tiga hari yang lalu. Sepertinya ini tumpahan solar,” kata Rusmawandi, seorang warga di Jalan Pulau Derawan, Kecamatan Tanjung Redeb.

Rumah Rusmawandi memang berada di seberang sungai, sehingga pencemaran di sungai ini sering dilihatnya dalam beberapa hari terakhir.

Sementara warga yang lain mengatakan, zat yang mencemari sungai adalah oli.

“Kalau dilihat seperti oli, karena kental dan mengambang di atas air,” ujar Sarjono, warga lain yang singgah, hanya untuk melihat keganjilan di Sungai Segah.

Masyarakat berharap, pemerintah segera mengusut dan mengatasi persoalan ini. Pasalnya, banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bantaran Sungai Segah.

Tidak hanya para nelayan, Sungai Segah juga menjadi bahan baku air produksi PDAM Tirta Segah.

Masyarakat tidak mengetahui dari mana pencemaran ini berasal.

“Makanya kalau bisa, pemerintah segera mencari tahu dan mengatasi persoalan ini,” ujarnya. Masyarakat berharap, kondisi sungai bisa segera kembali normal.

“Karena air sungai ini juga digunakan warga yang tinggal di bantaran sungai untuk mandi, atau mencuci baju. Bayangkan saja, kalau oli kena pakaian. Apa jadinya,” kata warga tadi.

Dikonfirmasi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Sujadi mengatakan, pihaknya akan segera mengambil sampel untuk memastikan, zat apa yang mencemari air sungai ini.

Namun pihaknya menduga, air bangar atau air yang telah terkontaminasi bangkai tumbuhan yang menjadi penyebabnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved