Pameran Cagar Budaya di Balikpapan Dikritik Peneliti Lulusan Institut De Pale'mtogie Humain Paris

Pameran ini dihadiri sekitar 10 museum yang berasal dari Indonesia dan Balai Pelestarian Cagar Budaya sebanyak 10 peserta.

Penulis: Budi Susilo |
TRIBUN KALTIM/BUDI SUSILO
Pelajar memenuhi ruangan pameran bersama Cagar Budaya dan Permuseuman di gedung Dome, Jl Ruhui Rahayu, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur, Sabtu (11/8/2018) siang. 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Penyelenggaraan pameran bersama Cagar Budaya dan Permuseuman di
Kota Balikpapan mendapat kritikan dari seorang peneliti ahli manusia purba Harry Widianto lulusan Institut De Pale'mtogie Humain, Paris, Perancis.

Hal ini disampaikan saat menyampaikan materi dalam Seminar Kebijakan dalam Rangka Membangun Ekosistem Kebudayaan di pameran Cagar Budaya dan Permuseuman, gedung Dome, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur, Sabtu (11/8/2018) siang.

Dia menjelaskan, tolak ukur dalam penyelenggaraan pameran kali ini yang mengangkat cagar budaya dan permuseuman di seluruh Indonesia dilihat dari jenis pengunjungnya.

Baca: Jokowi Gandeng Maruf Amin Jadi Cawapres, TGB Siap Berbakti pada Sang Guru

Kata dia, tolak ukur keberhasilan yang dihadiri peserta yang berasal dari masyarakat umum bukan dari kalangan pelajar.

"Kita melihat sekarang ini lebih banyak para pelajarnya," ujar pria yang juga sebagai peneliti ahli utama Balai Arkeologi Yogyakarta ini.

Idealnya, kata Harry, yang paling benar-benar menyentuh dan mengena supaya cagar budaya dan museum dikenal masyarakat luas itu bisa dilihat dari masyarakatnya yang berkunjung yakni berasal dari kalangan umum.

Baca: Masyarakat Antusias Dukung Timnas Indonesia, Tiket Nonton Final Piala AFF U-16 Ludes!

"Saya datang sama kakek saya yang sudah tua tua. Saya ajak istri saya sama anak saya datang ke sini. Lihat cagar budaya sama museum, baru bisa dikatakan berhasil," tegasnya.

Sebaliknya, apabila pameran ini hanya dihadiri 80 persen dari kalangan pelajar maka bisa dikatakan kurang efektif.

Niat belajar tidak datang dalam kondisi kesadaran sendiri.

Baca: Sapa Penonton saat Manggung, Mendadak Via Vallen Jatuh Pingsan

"Bisa saja ini pelajar dikerahkan, dapat instruksi dari kepala dinas kepada sekolah sampai mendatangkan para pelajar," tuturnya.

Dia menganalisis, pelajar yang datang ke acara pameran cagar budaya dan museum di gedung Dome Balikpapan kemungkinan masih hanya dalam sebatas melihat dan mengetahui.

"Segi memahami mereka belum tentu tahu secara matang. Belum tentu sudah paham dan apalagi untuk bisa mengingat," tutur Harry.

Baca: 6 Fakta Tentang Tumbangnya Persib Bandung di Tangan Mitra Kukar

Pameran ini dihadiri sekitar 10 museum yang berasal dari Indonesia dan Balai Pelestarian Cagar Budaya sebanyak 10 peserta.

Juga turut hadir ada Balai Konservasi Borobudur, Balai Pelestarian Situs manusia purba Sangiran, dan Balai Arkeologi Kalimantan Selatan serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Di tempat terpisah, Budhy Sancoyo, Balai pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur, menuturkan, pameran ini menjadi salah satu wadah penyampaian informasi mengenai khazanah pengetahuan kepada masyarakat.

"Supaya museum dan Balai pelestarian cagar budaya bisa terjadi proses belajar-mengajar dan menunjang pendidikan formal dan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa," tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved