Bagaimana Rupa Bumi 100 Tahun Lagi? Ini Prediksi Para Ahli
Bagaimana rupa Bumi 100 tahun ke depan? Hal tersebut dinyatakan para ilmuwan setelah melihat lebih dari 500 catatan iklim kuno.
TRIBUNKALTIM.CO -- Bagaimana rupa Bumi 100 tahun ke depan?
Para ahli memprediksi, Bumi akan berubah menjadi dunia asing yang tak bisa dikenali dalam kurun waktu tersebut.
Hal tersebut dinyatakan para ilmuwan setelah melihat lebih dari 500 catatan iklim kuno.
Dari sana, mereka menyimpulkan perubahan iklim saat ini sebanding dengan apa yang dilalui Bumi ketika zaman es terakhir.
Selain itu, pergeseran seismik dalam keanekaragaman hayati yang terjadi kemungkinan juga akan terjadi kembali.
Untuk diketahui, pada akhir Zaman Es Terakhir, planet rumah kita ini memanas antara empat hingga tujuh derajat Celcius lebih tinggi.
Tampil Cantik di Premiere The Nun, Bonnie Aarons Pemeran Valak Tetap Punya Aura Seram?
Hal itu membuat lapisan es yang menutupi sebagian besar Amerika Utara, Asia, dan Eropa Utara mencair.
Selama 10.000 tahun kemudian, ekosistem yang sama sekali baru muncul dan berkembang menjadi apa yang kita lihat sekarang.
Dalam skenario lain, para ilmuwan memprediksi jika emisi gas rumah kaca berlanjut maka planet kita akan menghangat sekitar 4 derajat Celcius pada 2100.
Prediksi tersebut kemudian diterbitkan dalam jurnal Science.
Erick Thohir Jadi Kandidat Terkuat Ketua Timses Jokowi - Maruf Amin, Ini Alasannya
Tim peneliti internasional itu melihat ratusan catatan paleontologis tentang bagaimana ekosistem terestrial menanggapi perubahan iklim sekitar 20.000 tahun lalu.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana Bumi menyesuaikan diri dengan pemanasan serupa yang terjadi 100 hingga 150 tahun mendatang.
Hasilnya, mereka menemukan jika tidak ada pengurangan besar dalam emisi gas rumah kaca, ekosistem terestrial di seluruh dunia berisiko terjadi "transformasi besar".
Rupiah Melempem, Produsen Tempe Mengaku Selalu Deg-degan Jika Belanja Kedelai
"Vegetasi darat di seluruh planet berada pada risiko besar perubahan komposisi dan struktural utama dalam ketiadaan emisi (gas rumah kaca) yang sangat berkurang," tulis para peneliti dikutip dari Newsweek, Senin (03/04/2018).
"Sebagian besar perubahan ini dapat terjadi selama abad ke-21, terutama di mana gangguan vegetasi dipercepat atau diperkuat oleh dampak manusia," sambungnya.