Liga Indonesia
Rekonstruksi Tewasnya Suporter Persija di GBLA, Bobotoh Ingin Melerai Tapi Massa Makin Beringas
Tidak semua suporter Persib Bandung yang ada di lokasi kejadian pengeroyokan Haringga Sirla (23), suporter Persija di Stadion GBLA
TRIBUNKALTIM.CO - Tidak semua suporter Persib Bandung yang ada di lokasi kejadian pengeroyokan Haringga Sirla (23), suporter Persija di Stadion GBLA Bandung pada Minggu (23/9/2018) ikut mengeroyok.
Sejumlah bobotoh, sebutan bagi suporter Persib, berusaha melerai.
Selain Adang Ali (67), penjual bakso, ada Dede Supriyadi (40) asal Kabypaten Ciamis yang berusaha melerai aksi pengeroyokan brutal itu.
Dalam rekonstruksi kejadian yang digelar di halaman parkir di dekat Gerbang Biru Stadion GBLA, Dede yang berstatus saksi ikut dalam adegan itu.
Baca: Sejak 2012, Sudah 7 Suporter Tewas Buntut Rivalitas Persib dan Persija, Ini Deretan Korbannya
"Dari jarak sekitar 5 meter saya mendekati kerumunan orang dan ternyata saya lihat ada orang dipukuli, telanjang dada dan sudah mengeluarkan darah. Saya maju kesana dan mengacungkan tangan untuk menghentikan aksi pengeroyokan tersebut," ujar Dede usai rekonstruksi.
Ia memperagakan gerak tubuhnya saat berupaya menghentikan pengeroyokan tersebut, dengan mengacungkan kedua tangan menghadap arah kerumunan massa sambil berteriak.
"Saya bilang 'wooy heup hela Wooy. Saya teriak begitu karena kasihan dia (korban) sudah tergeletak, berdarah tapi masih dipukuli," ujar Dede menirukan ucapannya sendiri saat kejadian.
Ia berusaha menghentikan kejadian tersebut seorang diri. Namun upayanya itu tidak lantas membuat massa berhenti memukuli.

Baca: Buntut Tewasnya Suporter Persija, Menpora Resmi Stop Liga Indonesia
"Setelah saya usaha menghentikan mereka, massa enggak ketahan karena mereka menyerang dari segala arah, depan, samping dan belakang saya. Akhirnya saya mundur, saya sadar diri saya tidak bisa menahan. Apalagi, saya tidak pakai baju atau atribut Persib, bisa-bisa nanti saya kena sasaran massa yang sudah beringas," kata Dede.
Akhirnya ia pun mundur.
Tidak hanya itu, ia menghentikan seorang bagian dari massa yang berusaha mencuri dompet milik Haringga.
Saat itu, ia melihat dompetnya masih ada uang namun tidak tahu berapa nilainya.
"Saya lihat ada orang yang mengambil dompet korban dari celananya, saya langsung minta dompet itu. Saya cari-cari petugas kemudian menyerahkannya pada petugas PMI yang mengevakuasi korban. Saya lihat masih ada uang dan KTP," kata Dede.
Rasa menyesal tidak bisa menahan pengeroyokan tidak ia pungkiri. Andai saja ia bisa menghentikan pengeroyokan, fakta tentu berkata lain.
"Tapi saya hanya seorang diri di hadapan massa yang beringas itu. Setelah menyerahkan dompet korban, saya masuk stadion karena saya sudah punya tiket," kata Dede.