Gempa di Sulteng

Melepas Trauma, Ini yang Dilakukan Para Korban Gempa Palu di Pengungsian Balikpapan

GEMPA berskala 7.4 skala richter disertai tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tenggara menyisakan duka

Editor: Sumarsono
tribunkaltim.co/christoper desmawangga
20 pengungsi dari Sulawesi Tengah tiba di pelabuhan Samarinda ikut menumpang KM Adithya, Senin (8/10/2018). 

TRIBUNKALTIM.CO - GEMPA berskala 7.4 skala richter disertai tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tenggara menyisakan duka dan trauma mendalam bagi korban.

Harta benda dan keluarga yang menemani sepanjang hidup sebagian tinggal kenangan. Kini, para korban sedang berjuang melawan trauma dan bersiap menata kehidupan baru.

USMAN, salah seorang warga korban gempa dari Sulteng terlihat duduk santai di kursi berlapis kain lusuh di pelataran Embarkasi Haji Batakan, Balikpapan. Sudah empat hari, kakek delapan cucu ini memilih mengungsi dari Donggala ke Balikpapan bersama kedua anak dan cucunya.

Dengan ramah ia bercerita detik-detik sebelum musibah itu berlangsung. Kala itu, seperti biasa, dibantu beberapa anaknya, sibuk mengepak buah-buahan dan sayur mayur dalam peti kayu, untuk dikirim ke berbagai kota di Kalimantan. Tepat di peti keenam dari 11 peti dengan total muatan 1.8 ton, guncangan hebat terasa di berbagai penjuru.

Baca: Melepas Trauma, Korban Gempa Menatap Masa Depan

"Saya lihat jalanan aspal retak di antara kaki. Saya langsung teriak ke anak saya, ambil kunci mobil dan bawa lari keluarga ke tempat tinggi," katanya.

Singkat cerita, semua keluarganya selamat. Namun, perjuangan hidup baru saja dimulai. Semua harta benda yang ia kumpulkan selama 37 tahun menjadi pelaut, dan enam tahun menjadi tengkulak buah dan sayur antarpulau, hilang tersapu gelombang.

"Sudah tidak ada apa-apa lagi di sana, rumah sudah rata dengan tanah," kata pria 60 tahun yang sudah 37 tahun menjadi pelaut ini, menceritakan rumah tingkat dua yang baru usai ia bangun terletak 50 meter dari Pelabuhan Wani, Donggala terdampak parah gempar disertai tsunami.

Hanya bermodal pakaian di badan, bersama keluarga, mereka mantab ikut kapal pengungsian ke Balikpapan. Harapannya sederhana, memulihkan trauma sambil memikirkan cara bertahan hidup ke depan. Urusan harta, ia sudah ikhlaskan, tak perlu lagi dipikirkan, terpenting keluarga selamat.

"Saya tawakal saja, serahkan semua dengan yang di atas, saya sudah ikhlas," ujarnya tersenyum kecil.

Baca: Tanpa Ayah dan Ibu, Begini Potret Kehidupan Keanu Putra Almarhum Adjie Massaid dan Angelina Sondakh

Sikap itu menjadi modal bagus melawan trauma. Selama di Asrama Haji Batakan, pikirannya lebih tenang, tak kepikiran saudara dan tetangga yang hilang dan menderita. Banyak kesibukan ia lakukan, mulai dari mengobrol dengan banyak orang baru dan jalan-jalan di sekitar kompleks asrama. Hal itu, ia lakukan agar pikirannya tak kosong yang berpotensi mengulang memori tragis dalam hidupnya.

"Saya terhibur di sini, tiap pagi dibawakan nasi kuning warga dan bicara dengan banyak teman," katanya.

Serupa, John, warga Donggala yang juga tinggal di Asrama Haji Batakan. Ia mengaku, tak ingin terlalu dalam hanyut dalam kesedihan. Istrinya dinyatakan meninggal, sementara, anak perempuannya berusia dua tahun, yang dinyatakan hilang.

Hidup sebatang kara, ia pun setuju diajak mengungsi ke Balikpapan. Harapannya satu, memulai hidup baru. Rencananya, sang kakak yang tinggal di Banjarmasin bakal menjemputnya kerja bersama di perkebunan sawit di Kotabaru.

Baca: Skor Akhir Persija Jakarta Vs Perseru Serui 2-1, Seorang The Jakmania Dibawa ke Rumah Sakit

"Banyak jalan, intinya kalau soal harta dan masa lalu, jangan terlalu dipikir berat. Intinya fokus ke depan," katanya. Sembari menunggu, untuk menghilangkan trauma di pengungsian, pria 27 tahun ini, mengabdikan diri sebagai `relawan' sesama korban.

Ia rajin membantu distribusi makanan, mengajak penghuni baru bercerita masa depan, dan mendongeng buat anak-anak korban gempa. Sesekali, ia berkeliling kompleks asrama mencari suasana baru. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved