Gempa dan Tsunami Sulteng
Stok Makanan Kian Menipis, Pengungsi Gempa Palu Khawatirkan Kondisi Anak-anak dan Bayi
Selain harus tinggal di tenda-tenda darurat, masalah lain yang kini dihadapi pengungsi gempa Palu adalah kurangnya makanan untuk bayi dan anak-anak.
Stok Makanan Kian Menipis, Pengungsi Gempa Palu Khawatirkan Kondisi Anak-anak dan Bayi
TRIBUNKALTIM.CO - Sekitar 400 orang pengungsi terancam kelaparan di perbatasan Desa Kamonji dan Rano Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala.
Mereka menempati tenda-tenda darurat yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat di kebun-kebun warga sejak terjadinya gempa bumi bermagnitudo 7.4 yang diikuti tsunami.
“Kami sudah 2 kali mendapat bantuan, yang pertama dari pemerintah dan yang kedua dari Fakultas Teknik Universitas Tadulako,” kata Syarifuddin, warga Kamonji, Kamis (18/10/2018).
Viral, Ketegaran Bocah Cantik 3 Tahun Korban Gempa Palu!
Sambil Menangis, Pasha Ungu Nyatakan Siap Mundur dari Wakil Walikota Palu, Ini Alasannya
Namun Syarifuddin mengatakan, bantuan dari pemerintah yang diterima setiap kepala keluarga adalah 3 liter beras, 0,5 kilogram gula pasir dan 10 bungkus mi instan.
Persediaan beras dan bantuan yang didapat sudah menipis, bahkan ada yang sudah habis.
Yang dikhawatirkan para pengungsi ini adalah kondisi anak-anak dan bayi serta orangtua. Mereka harus hidup di luar rumah dalam kondisi udara terbuka selama berhari-hari.
“Kami mengambil air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun kami tidak tahu kualitas airnya,” tutur Syarifuddin.
Setelah Menutup Akun Instagram, Awkarin Disebut jadi Relawan Bencana Gempa dan Tsunami Palu
Kisah Heroik Anggota Basarnas, Rela Kehilangan Istri demi Selamatkan Korban Gempa Palu
Penerangan listrik sudah mulai masuk hari Rabu (17/10/2018).
Sebelumnya ratusan pengungsi ini hanya menggunakan lampu minyak atau lilin seadanya.
Para pengungsi ini tidak hanya warga Desa Kamonji, tetapi juga dari desa tetangga, Malei. Mereka membangun tenda dan barak sementara.
Rumah-rumah warga mengalami retak-retak, bahkan ada yang rusak parah.
Kisah Heroik Anggota Basarnas, Rela Kehilangan Istri demi Selamatkan Korban Gempa Palu
Masalah lain yang dihadapi adalah makanan bayi dan anak-anak yang berada di pengungsian. Mereka tidak mendapat asupan yang dibutuhkan karena kondisi yang sangat terbatas.
“Banyak warga yang masih trauma untuk kembali ke rumah, kondisi rumah juga banyak yang retak, bahkan ada yang kehilangan tempat tinggal,” tutur Rustam Umuri (43), warga Kamonji lainnya.
Untuk mengatasi masalah kurangnya bahan pangan ini, mereka berusaha ke Kota Palu untuk menghubungi posko-posko yang menyalurkan bantuan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Stok Makanan untuk Pengungsi di Donggala Mulai Menipis",