Pelatihan Dasar 120 Jam Kepalangmerahan, Sri Fathul Jannah Ungguli 18 Relawan
Bupati Ismunandar mengatakan pelatihan kepalangmerahan agar mampu merespon bencana secara cepat sangatlah penting.
Laporan Wartawan TribunKaltim.co, Margaret Sarita
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Menghadapi musibah tak hanya membutuhkan kekuatan, tapi juga latihan dan keterampilan.
Karena di antara musibah yang datang, ada orang-orang yang membutuhkan pertolongan secara cepat dan tepat.
Itulah yang membuat PMI Kutai Timur menggelar kegiatan Pelatihan Dasar 120 jam Kepalangmerahan yang ditutup Rabu (14/11/2018) sore, oleh Bupati Kutim, Ismunandar yang juga Ketua Umum PMI Kutim.
Tak kurang 19 peserta yang merupakan Korps Suka Relawan (KSR) PMI dari Kutim, Balikpapan, dan Berau mengikuti kegiatan tersebut.
Dari jumlah tersebut, Sri Fathul Jannah berhasil mengungguli 18 peserta lainnya sebagai peserta terbaik I. Disusul, Dedi Setiawan, Nasrullah, Ririn Sri dan Nurshinta.
Bupati Ismunandar mengatakan pelatihan kepalangmerahan agar mampu merespon bencana secara cepat sangatlah penting.
Karena saat terjadi bencana, gerak cepat dan kemahiran dalam penanggulangan sangat dibutuhkan masyarakat.
“Jangan sudah kejadian baru kalang kabut. PMR di kecamatan-kecamatan juga akan dilatih sesuai porsinya. Karena PMR adalah cakupannya pada pelajar. Kedepan, kita juga akan menggelar kegiatan serupa di kecamatan-kecamatan. Namun dibagi per zona, untuk kemudian menularkan pengetahuannya ke rekan PMI tingkat kecamatan,” ungkap Ismunandar.
Selama sembilan hari, mereka dilatih tentang kepalangmerahan, perawatan keluarga, restoring family, pertolongan pertama, kepemimpinan, WASH, distribusi bantuan, penanganan posko, dapur umum, logistik hingga pendidikan remaja sebaya.
Puncaknya, digelar simulasi penanganan korban musibah banjir, sebelum kegiatan ditutup.
“Simulasi kita sengaja ambil tentang penanganan korban musibah banjir. Karena Sangatta dan beberapa kecamatan di Kutim kerap mengalami banjir. Termasuk di daerah lain di Kaltim. Bagaimana relawan harus sigap dalam melaksanakan aksi tanggap darurat dan merespon korban, bagaimana pun medan yang harus dilalui,” ungkap Kepala Markas PMI Kutim, Wilhelmus.
Tidak hanya teori, tapi dalam simulasi semua dilakukan secara nyata.
Agar saat bencana terjadi sesungguhnya, mereka sudah tahu harus melakukan apa dan bagaimana. Sehingga dalam melakukan tindakan pertolongan dapat meminimalisir kesalahan.
“Semua peserta dilatih agar mengikuti SOP penanggulangan bencana sesuai Rencana Operasi (Renop). Agar setelah ini, mereka siap untuk membantu tugas kemanusiaan di manapun terjadi,” ujar Wilhelmus. (*)