Perang Dagang AS-Cina, Adakah Pengaruhnya dengan Black Friday?

Harga murah yang ditawarkan dalam Black Friday sebagai festival belanja Amerika Serikat dikhawatirkan bakal terpengaruh oleh perang dagang.

PennLive.com
Ilustrasi - Black Friday 

Perang Dagang AS-Cina, Adakah Pengaruhnya dengan Black Friday?

TRIBUNKALTIM.CO, NEW YORK - Harga murah yang ditawarkan dalam Black Friday sebagai festival belanja Amerika Serikat dikhawatirkan bakal terpengaruh oleh Perang Dagang Presiden Donald Trump dengan China.

Faktanya, masyarakat Amerika Serikat sudah memulai belanja liburan mereka minggu ini kemungkinan masih akan berbelanja beberapa item yang sudah dikenakan tarif impor Donald Trump.

Walaupun tarif mulai berlaku pada akhir September, melansir dari CNN, Jumat (23/11/2018) bahwa harga kemungkinan tidak akan naik tahun ini.

Presiden Asosiasi Pakaian dan Alas Kaki Amerika Rick Helfenbein mengatakan, importir AS sudah membayar barang-barang tersebut dan untungnya sebagian besar barang yang dipesan untuk Black Friday sudah dihargai sebelum tarif impor berlaku.

Berdasarkan kebijakan Donald Trump tersebut, barang-barang seperti tas, parfum, dompet, topi dan mantel bulu merupakan produk yang termasuk dalam 5.700 produksi China yang dikenakan tarif 10 persen.

Black Friday Jatuh Hari Ini, Jumat 23 November 2018, Ini Hal yang Perlu Anda Ketahui

Tak luput juga barang-barang keperluan olahraga termasuk ski mittens, sepeda, sarung tangan baseball dan tas golf.

"Pembeli mungkin selamat musim ini, tetapi mereka akan membayar lebih harga barang untuk belanja musim semi," sebut Rick.

Garuda Online Travel Fair 2018 Mulai Hari Ini, Cek Harga Tiket Murah Rute Domestik dan Internasional

 

Tahun depan bisa sangat berbeda jika Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping gagal mencapai kesepakatan perdagangan sebelum akhir tahun, ketika Donald Trump mengatakan dia akan menaikkan tarif 10 persen menjadi 25 persen.

"Setelah mencapai angka 25 persen itu, saat itulah baru akan melihat kenaikan harga lebih untuk konsumen," kata Christopher Shaker, seorang analis dan mitra produk konsumen di RSM, sebuah perusahaan audit, pajak, dan konsultasi untuk pasar menengah perusahaan.

Sebagai informasi, Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Xi Jinping minggu depan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Argentina untuk membahas perdagangan.

Prabowo Subianto Dianggap Merendahkan Profesi Tukang Ojek, Begini Tanggapan Fadli Zon

Piala AFF 2018 - Timnas Indonesia Gagal Lolos ke Semifinal, Menpora Tunggu Jawaban Edy Rahmayadi

 

Namun, sayangnya kesepakatan ini masih jauh dari kepastian. Awal pekan ini, perunding dari China membatalkan pertemuan awal dengan AS menjelang KTT.

Pada hari Selasa, Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer meningkatkan tekanan pada China lebih jauh dengan merilis laporan terbaru yang menunjukkan bahwa Beijing baru melakukan sedikit perbaikan terhadap praktik tidak adil perdagangan.

Administrasi Trump juga menjadikannya prioritas untuk secara agresif mengejar China karena terlibat dalam pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa.

Sebelum mengenakan tarif barang senilai 200 miliar dollar AS pada bulan September, Donald Trump menetapkan pajak atas barang-barang China senilai 50 miliar dollar AS tetapi putaran sebelumnya tidak termasuk banyak barang konsumsi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved