Hari AIDS Sedunia Diperingati 1 Desember 2018, Simak Sejarahnya hingga Perbedaan HIV dan AIDS
Hari AIDS Sedunia Diperingati 1 Desember 2018, Simak Sejarahnya hingga Perbedaan HIV dan AIDS
Hari AIDS Sedunia Diperingati 1 Desember 2018, Simak Sejarahnya hingga Perbedaan HIV dan AIDS
TRIBUNKALTIM.CO - Hari pertama di bulan Desember, diperingati sebagai Hari Aids sedunia.
Hari Aids pertama kali ditetapkan pada tanggal 1 Desember sejak tahun 1988.
Hari Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan hari internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit Aids yang disebabkan oleh Virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Dilansir dari laman Unaids.org, tercatat pada tahun 2017, tiga perempat dari orang yang hidup dengan HIV (75%) tahu status HIV mereka, dibandingkan dengan hanya dua pertiga (67%) pada tahun 2015, dan 21,7 juta orang yang hidup dengan HIV (59%) memiliki akses ke terapi antiretroviral, naik dari 17,2 juta pada tahun 2015.
Baca: Maria Walanda Maramis Sosok Pahlawan Wanita Hiasi Google Doodle Hari Ini 1 Desember 2018
Akan tetapi dari laporan tersebut, menunjukkan bahwa 9,4 juta orang yang hidup dengan HIV tidak tahu bahwa mereka hidup dengan virus yang sangat perlu mendapatkan penanganan tes dan juga perawatan HIV.
Meskipun jumlah orang yang hidup dengan HIV mengalami peningkatan 10 point persentase dalam tiga tahun terakhir yakni mencapai 47% pada tahun 2017, sebanyak 19, 7 juta orang yang hidup dengan HIV masih belum memiliki rasa ingin menekan virus tersebut.

Diketahui bahwa agar penderita HIV tetap sehat dan mencegah penularan, maka penyebaran virus harus ditekan melalui terapi antiretoviral yang berkelanjutan.
Data tersebut kemudian menjadi permasalahan besar bagi kesehatan masyarakat dalam sejarah yang ada.
Lalu seperti apa sejarah Hari Aids?
Dikutip dari wikipedia.org, Hari Aids, pertama kali dicanangkan pada Agustus 1987 oleh James W. Burn dan Thomas Netter.
Mereka adalah dua petugas informasi publik untuk Program Global tentang AIDS di organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa, Swiss.
Ide dari kedua tokoh tersebut kemudian dibawa ke Dr Jonathan Mann, Direktur Program Global tentang Aids (saat ini dikenal dengan UNAIDS).
Dr. Jonathan lantas menyetujui rekomendasi tersebut.