Diang Karing, Dinding Batu Karst di Mahakam Ulu yang Pesona dan Kesejukannya Sulit Terlupakan
Dari jauh, nampak seperti batu putih raksasa yang berlumut hijau. Orang setempat biasa menyebutnya dengan nama Gunung Batu Diang Karing.
Penulis: Budi Susilo | Editor: Doan Pardede
Diang Karing, Dinding Batu Karst di Mahakam Ulu yang Pesona dan Kesejukannya Sulit Terlupakan
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, LONG APARI – Siapa saja yang berkesempatan mengunjungi Kampung Tiong Ohang, yang ada di Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur, setidaknya ingat betul akan keberadaan bukit batu putih yang alamiah, sebuah dinding batu karst.
Sore itu, Tribunkaltim.co, setelah menghabiskan waktu sekitar enam jam mengarungi rintangan alam liar Sungai Mahakam dari Ujoh Bilang, ibukota Kabupaten Mahakam Ulu, akhirnya bisa selamat, merasa puas bisa tiba sampai di Kampung Tiong Ohang untuk pertama kalinya, Senin (26/11/2018).
Kondisi perkampungan ramai, banyak lalu-lalang kendaraan sepeda motor, pemukiman penduduk yang padat, dan tidak mau kalah, banyak juga bertebaran kibaran bendera-bendera partai politik peserta pemilihan umum tahun 2019 di pinggir jalan-jalan kampung.
Bahkan fasilitas publik seperti lembaga pendidikan dari usia dini hingga Sekolah Menengah Atas dan layanan kesehatan berupa lembaga Puskemas sudah tersedia, dipersembahkan buat warga Kampung Tiong Ohang, yang rata-ratanya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan di sungai.
Tekan Inflasi, Ini Dua Masukan Penting Bank Indonesia untuk Kabupaten Mahakam Ulu
Menjelang Puncak Mudik Natal, Tarif Speedboat Mahakam Ulu Tidak Naik
Sisi terdalam Kampung Tiong Ohang, dilihat dari bantaran Sungai Mahakam, tersimpan kekayaan alam yang unik berupa panorama bukit batu dinding yang berwujud putih, yang sedikit ditumbuhi rindangan pohon. Dilihat dari kejauhan, nampak seperti batu putih raksasa yang berlumut hijau.
Orang setempat biasa menyebut dengan nama Gunung Batu Diang Karing. Posisi Batu Dinding Diang Karing tersebut masuk dalam wilayah Kampung Tiong Ohang, yang di sekitarnya ada kawasan ladang pertanian warga setempat.
Sekitar 31 tahun lalu, atau tahun 1987 masehi, Adrianus Imat, yang kala itu usianya baru 12 tahun, iseng melakukan perjalanan menjelajah ke Bukit Batu Diang Karing tanpa bekal makanan dan minuman. Lokasinya tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya.
“Orang sebut Gunung Batu Putih Diang Karing. Itu kan ada dua, yang satu lagi namanya Diang Musing,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co di kantor Sekretariat Pemkab Mahakam Ulu, Kampung Ujoh Bilang.
Imat berangkat berkelana ke bukit itu tanpa seizin orangtuanya. Pergi inisiatif sendiri tanpa perencanaan matang. Imat datang ke lokasi tidak sendiri tetapi datang bersama teman-teman sebayanya, teman di bangku sekolah dasar kelas enam.
“Tidak izin sama orangtua, langsung berangkat saja. Kalau izin sama orang tua, nanti saya tidak diizinkan pergi kesana ke gunung putih,” ujar pria yang memiliki tato corak ukiran dayak di bagian bahu lengan kirinya ini.
Imat yang lahir dan besar di Kampung Tiong Ohang merasa ingin mengenal kampung halamannya secara mendalam. Imat pergi mendaki kala matahari bersinar terang, siang hari. Berkelana ke gunung dengan berpayungkan langit yang cerah.
Polres Kutai Barat Cek Rencana Lahan Tempat Mapolres Mahakam Ulu
Dianggap tak Efisien, Teknis Layanan Speedboat Subsidi di Mahakam Ulu Perlu Diperbaiki
Imat bersama teman-teman lainnya tiada muncul rasa khawatir, bertekad kuat untuk bisa gapai ke atas bukit Diang Karing. “Jalan-jalan, iseng bermain saja. Berani kami. Sambil cari-cari buah. Kan begitu anak-anak zaman dahulu mainnya cari buah saja ke hutan, naik bukit,” tuturnya.
Bertelanjang kaki tanpa ada alas sepatu atau sandal, Imat tiada gentar memanjat bukit. Kontur bukitnya dianggap tak sukar untuk dipanjat, sebab tiap dinding bukit saling berhimpit dan ada pijakan yang terbentuk alamiah, memudahkan untuk memanjat.