Pasukan Elite Yonif 751 Raider, Si Pengelana Hutan Diterjunkan ke Lokasi Pembantaian di Nduga

Selain aparat kepolisian, TNI menerjunkan pasukan elite Yonif 751 Raiders untuk membantu menyelesaikan kasus pembantaian pekerja jembatan di Nduga.

Kostrad.mil.id
Pasukan Raider Kostrad sedang berlatih patroli di rawa-rawa. 

TRIBUNKALRTIM.COM-- Tragedi pembantaian 19 karyawan PT Istaka Karya yang menjadi pekerja pembangunan jembatan di Nduga, Papua hingga kini masih menjadi perbincangan.

Peristiwa berdarah yang menewaskan 19 orang dari 31  pekerja pembangunan jembatandi Nduga, Papua itu terjadi pada Minggu (2/12/2018) lalu dilakukan oleh KKB.

Berdasarkan penyelidikan tim aparat keamanan, tragedi pembantaian yang dilakukan KKB itu dipicu oleh salah satu pekerja pembangunan jembatanyang mengambil foto HUT OPM.

Tak hanya itu, satu pos keamanan TNI di Distrik Mbua juga diserang yang mengakibatkan gugurnya satu personel TNI Angkatan Darat. Menko Polhukam Wiranto mengaku geram atas tindakan keji tersebut.

"Jadi tadi saya sudah bicara dengan Kapolri, Panglima TNI untuk segera dilakukan pengejaran yang habis-habisan. Supaya apa? Supaya tak terulang lagi. Ya habis-habisan, sampai ketemu," kata Wiranto, Selasa (4/12) seperti dilansir Tribunnews.com.

Berdasarkan pantauan Kompas TV, selain menerjunkan tim gabungan TNI-Polri berkekuatan 70 personel, Panglima TNI juga mengirim 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi ) Yonif 751 Raider.

Pembantaian 19 pekerja jembatan di Nduga, Kini KKB Diduga Kembali Serang Pos TNI di Distrik Mbua, Papua

Mereka adalah pasukan yang terlatih untuk melakukan operasi khusus seperti teknik driil kontak, Infiltrasi atau penyusupan, eksfiltrasi, mobud, ralasuntai, raid Baswan, raid penghancuran.

Spesialisasi mereka adalah menangkal dan membungkam pasukan gerilya. Sebagai pasukan Raider Kostrad, sesuai namanya ‘raid’, pasukan Raider memang dibentuk untuk memburu pasukan gerilya lawan hingga tuntas.

Uniknya pasukan Raider ketika bertempur untuk menumpas musuh yang bertempur secara gerilya juga menggunakan taktik tempur gerilya (counter guerilla warfare) tapi dalam posisi sebagai pasukan pemburu.

Ketika bertempur di hutan secara senyap, pasukan Raider yang telah mendapat pelatihan khusus ala pasukan komando Kopassus itu, menggunakan senjata khusus yang lebih ringkas dan pendek buatan PT Pindad, yakni senapan serbu SS-1 R5.

Selain memiliki berat yang jauh lebih ringan dibandingkan senapan serbu SS-1, SS-1 R5 juga dilengkapi teleskop bidik sehingga bisa menjamin akurasi tembakan dalam pertempuran dan amunisi yang digunakan bisa lebih efesien.

Baca Juga : Kisah Pengemudi Sepeda Motor yang Selamat dari Serangan KKB di Papua karena Pura-pura Mati

Ketika sedang bertempur setiap pasukan Raider memang didoktrin untuk menembakkan peluru secara hemat, oleh karena itu senjata juga hanya digunakan jika sasarannya sudah jelas.

Maklum dalam pertempuran di hutan dalam jangka panjang, pasukan Raider kadang kesulitan mendapatkan logistik baik berupa makanan maupun amunisi sehingga pemakaian logistik tempur betul-betul harus cermat dan hemat.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved