Lokalisasi Prostitusi di Kaltim Dibubarkan Pemantauan Sulit, Semakin Menyebar & Terselubung
Soeharsono berkata, pemantauan menjadi semakin sulit, karena lokalisasi sudah dibubarkan. Tempat-temparnya justru semakin menyebar dan terselubung.
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto | Editor: Budi Susilo
Ada Beberapa kendala penanggulangan HIV AIDS di Kaltim, terungkap dalam rapat koordinasi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Kaltim di ruang tepian kantor Gubernur Kaltim Jl Gajah Mada Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Cornel Dimas
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pengidap HIV/AIDS di Kaltim meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 tercatat ada 573 pengidap HIV / AIDS.
Jumlah ini kemudian meningkat di tahun 2018 menjadi 1114 jiwa.
Kepala Bidang P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Dinkes Kaltim, Soeharsono mengatakan peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS ini terjadi lantaran banyak kendala yang dihadapi dalam program penanggulangan.
Salah satu kendala yang cukup sulit yaitu adanya stigma dan diskriminasi.
Stigma dan diskriminasi berpengaruh pada program penanggulangan HIV.
Misalnya stigma HIV ini menular lewat sentuhan.
"Padahal tidak. Lalu stigma bahwa HIV pemyakit yang tidak ada obatnya. Nah ini yang sulit," ungkap Soeharsono saat rapat koordinasi Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) Kaltim di ruang tepian kantor Gubernur Kaltim Jl Gajah Mada Samarinda Kalimantan Timur, Rabu (20/3/2019).

Menurutnya saat ini pengidap tidak perlu takut dan khawatir lantaran HIV sudah ada obatnya dengan mengonsumsi ARV.
Selain itu, masyarakat juga perlu memahami bahwa pengidap HIV tidak perlu dihindari lantaran virus ini tidak menular secara langsung.
Hal ini yang membuat pengidap HIV merasa didiskriminasi, sehingga takut bersosialisasi.
Andai Dicoret dari Skuat Timnas Indonesia U23, Begini Jawaban Ezra Walian
Kabar Baik Timnas Indonesia U23 Berpeluang Lolos, Kondisi Vietnam Malah Miris
Bonus Atlet Balikpapan Porprov 2018 Belum Ada Kejelasan, Kegiatan Operasional Terhambat
"Tidak perlu khawatir karena memang penyakit ini sudah ada obatnya dan masyarakat tidak perlu takut," katanya.
Selain itu, faktor geografis Kaltim yang luas dan medan berat membuat pihaknya kesulitan menjangkau dalam rangka sosialisasi maupun penanggulangan.
"Keberadaan risiko kunci sulit dijangkau. Lokalisasi ada di tengah hutan yang terdapat perusahaan, akses ke sana sulit," ucapnya.
