4 Hal tentang Honorer di Indonesia, Jumlahnya Mengejutkan hingga Dihapus jika Kebutuhan Terpenuhi
Masalah tenaga honorer di Indonesia beberapa kali disinggung dalam debat pemilihan presiden 2019 (debat pilpres 2019) yang sudah digelar.
Penulis: Doan Pardede |
TRIBUNKALTIM.CO - Masalah tenaga honorer di Indonesia beberapa kali disinggung dalam debat pemilihan presiden 2019 (Debat Pilpres 2019) yang sudah digelar.
Dalam catatan TribunKaltim.co, dari 5 Debat Pilpres yang sudah digelar, ada dua kali masalah tenaga honorer ini disinggung.
Lantas, seperti apa sebenarnya kondisi tenaga honorer di Indonesia ?
Berikut sejumlah fakta seputar guru honorer di Indonesia yang sudah dirangkum TribunKaltim.co dari Kompas.com, Tribunnews.com dan sumber lainnya :
1. Mendikbud sebut masih dibutuhkan
Khusus untuk guru honorer, seperti dilansir kompas.com, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa perannya masih sangat dibutuhkan, yakni sebagai :
- Sebagai guru pengganti karena adanya guru pensiun
- Adanya penambahan sekolah baru
- Adanya penambahan ruang kelas baru
- Atau sebagai pengganti guru meninggal maupun mengundurkan diri.
Hal ini disampaikan dalam pertemuan yang dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy dan Menteri Keuangan ( Menkeu), berlangsung pada Selasa (23/1/2019), di kantor Kementerian Keuangan, Lapangan Banteng, Jakarta.
"Namun karena ada moratorium maka berakibat pada penumpukan. Oleh karena itu, kami ingin menyelesaikan masalah guru honorer agar kami bisa mengangkat guru dengan jalur reguler” ujar Mendikbud Muhadjir Effendy.
Mendikbud menjelaskan, guru-guru honorer ini akan direkrut kemudian dilatih lagi agar kemampuannya meningkat.
“Kemarin kami sudah bicara ke Badan Kepegawaian Negara (BKN), kalau bisa honornya diambil dari Dana Alokasi Umum (DAU). Jangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) karena pasti nanti sulit", ujar Muhadjir Effendy.
2. Jumlahnya cukup besar
Masih khusus untuk guru honorer, kata Mendikbud Muhadjir Effendy, Kemendikbud sudah melakukan sensus terhadap guru honorer.
Dari hasil sensus tersebut, dari 736 ribu guru honorer, ternyata 30 ribu guru honorer di antaranya sudah tidak ada di sekolah.
"Sehingga kami melakukan pembersihan data untuk menghapus yang sudah tidak lagi menjadi guru honorer,” ujar Mendikbud.
Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani menyambut positif dan mendukung langkah-langkah yang ditempuh Mendikbud dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
“Saya setuju dan mendukung agar ada semacam kemampuan influence dari pusat untuk bisa mempengaruhi atau bahkan memaksa daerah untuk bisa meningkatkan kualitas dan compliance (pemenuhan) mereka terhadap standar-standar yang kita inginkan” ujar Sri Mulyani.
Ditambahkan Sri Mulyani, persoalan guru sebenarnya terkait juga dengan lokasi sebab rasio antara jumlah guru dengan murid sudah bagus, tapi lokasinya tidak merata.
"Yang perlu kita benahi adalah tata kelolanya. Saya hanya titip satu hal saja agar tata kelola guru kedepannya efisien dan tidak menimbulkan biaya tinggi maupun korupsi. Selain itu, jumlah guru juga perlu mencocokkan dengan kebutuhan guru mata pelajaran, jangan sampai salah,” Menkeu.
3. Gaji guru honorer
Gaji guru honorer yang ada di Indonesia berbeda-beda.
Namun berdasarkan data yang dihimpun TribunKaltim.co, masih ada guru honorer yang digaji hanya ratusan ribu rupiah saja per bulannya.
Seperti diberitakan, jatim.tribunnews.com, besaran gaji guru honorer ini salah satunya terungkap dalam kasus murid menganiaya guru SMP PGRI Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik bernama Nur Khalim, baru-baru ini.
Nur Khalim (30), guru honorer yang mengajar mata pelajaran IPS di kelas IX ini sudah mengajar di SMP PGRI selama lebih dari lima tahun.
Pria asli Dusun Pasinan, Desa Lemahputih, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik ini masih berstatus honorer.