Sudah 20 Lebaran, Nenek 98 Tahun Ini Dengan Sabar Menunggu Anak Bungsunya Pulang

Di usia senjanya, Nyami mengaku tidak memiliki keinginan selain hanya melihat anak bungsunya untuk terakhir kali.

Editor: Mathias Masan Ola
(KOMPAS.com/SUKOCO)
Nenek Nyami (98) yang selalu merindukan anak bungsunya Larsito yang merantau dan belum kembali sejak 20 tahun lalu. Trakhr anak bungsunya tersebut pamit untuk merantau ke Sulawesi hingga tak ada lagi kabar berita terkait keberadaan Larsito yang diterima Nenek Nyami. 

TRIBUNKALTIM.CO,  MAGETAN - Penglihatan Nyami (98) sudah tidak awas lagi saat mengamati foto lama dipangkuannya. Namun, saat ditanya sosok Lasito (53), anak bungsunya, Nyami langsung menunjuk pria muda yang paling tinggi dan berdiri di sebelah kiri.

Dengan jari rentanya, dia terlihat mengelus foto yang mulai memudar tersebut “Mata saya sudah kabur, tapi Lasito itu yang ini. Ini bersama temannya waktu masih kerja di Jakarta,” ujarnya saat ditemui Kompas.com di rumahnya yang sangat sederhana di Desa Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (11/06/2019).

Nyami bercerita sudah 20 kali lebaran dirinya menunggu anak bungsunya tersebut pulang.

Di usia yang renta, dia mengaku sangat merindukan anak bungsunya dan berharap Lasito pulang untuk menjenguknya. Untuk memudahkan mengingat kepergian anaknya, Nyami menghitung berapa kali lebaran Lasito tidak pulang saat lebaran.

“Saya ngitungnya lebaran. Usia saya sudah 98 lebaran, kalau anak saya sudah 20 lebaran ini tidak pulang,” ujarnya dengan suara pelan. Saat ini, Nyami masih menempati rumah yang dibangunnya bersama dengan suaminya yang telah lama meninggal.

Keadaan rumahnya yang terbuat dari kayu dan bambu tersebut juga sudah terlihat rapuh. Ia bercerita, di rumah sederhananya tersebut ia melahirkan kelima anaknya.

Sani, anak pertamanya membangun rumah di sebelahnya, yang dia tempati bersama cucu dan cicitnya.

"Anak pertama Sani, yang kedua namanya Surati, yang ketiga namanya Surya, yang keempat namanya Karsito, dan yang bungsu itu namanya Larsito. Empat anak saya semua di sini. Hanya Larsito yang merantau,” katanya.

Sambil tersenyum, Nyami mengingat jika anak bungsunya tersebut adalah orang yang pendiam. Selain itu, sejak kecil Lasito sudah terbiasa dengan melakukan puasa mutih atau puasa tidak makan nasi.

Kebiasaan dari kecil tersebut dilakukan hingga terakhir kali dia pamit untuk merantau ke Sulawesi. "Makannya yo sayur saja. Kalau ditanya kenapa makan sayur saja, jawabnya sudah kenyang” ucapnya.

Selain suka berpuasa, Larsito juga sering bepergian mengunjungi masjid-masjid di luar kota. Biasanya, untuk menuju kota tersebut Larsito berjalan kaki.

Baca Juga:

Soal Pungli di Pantai Manggar pada Libur Lebaran,Wawali Tegaskan Beri Sanksi Pengelola yang Terlibat

Soal Pungli di Pantai Manggar pada Libur Lebaran,Wawali Tegaskan Beri Sanksi Pengelola yang Terlibat

"Sudah semua tempat didatangi itu ke Jakarta, Cilacap, Surabaya, sampai laut utara. Itu jalan kaki sampai laut selatan. Semua dengan jalan kaki dan tidak ada sangu,” ujarnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved