61 Jenis Flora Kalimantan Terancam Punah
Kalimantan terkenal dengan kekayaan alam, khususnya potensi hutan yang menjadi pusat keanekaragaman tumbuhan tropis di dunia.
BALIKPAPAN, tribunkaltim.co.id – Kalimantan terkenal dengan kekayaan alam,
khususnya potensi hutan yang menjadi pusat keanekaragaman tumbuhan tropis di
dunia. Namun bertolak belakang dengan hal tersebut, kawasan ini juga terkenal
memiliki tingkat kepunahan tumbuhan yang cukup tinggi.
Dikutip dari laman digital International
Union for the Conservation of Nature and
Natural Resources (IUCN) Redlist (www.iucnredlist.org), setidaknya 61 jenis
flora khas Kalimantan kini tergolong sebagai Critically Endangered atau berstatus kritis.
Umumnya flora Kalimantan dalam daftar tersebut berasal dari suku Dipterocarpacea (meranti-merantian) dan marga Shorea (meranti, bangkirai, dan lain-lain). Perlu diketahui, Kalimantan merupakan pusat keragaman flora marga Shorea. 138 spesies Shorea didapati di Kalimantan dan 91 di antaranya bersifat endemik atau khas. Status Critically Endangered mengindikasikan ancaman kepunahan yang cukup tinggi bagi flora Kalimantan tersebut.
Direktur Unit Pelaksana Kebun Raya Balikpapan, Aminuddin, S.Hut mengungkapkan, tanaman khas Kalimantan sekarang sudah semakin langka karena banyaknya perubahan peruntukan hutan untuk kepentingan lain di luar sektor kehutanan. “Terlebih kayu khas Kalimantan dari keluarga Dipterocarpacea seperti Meranti, Kapur, Keruing merupakan jenis kayu perdagangan yang paling laris”, timpal Amin.
Dengan
kondisi di atas, perlu ada upaya untuk menjaga dan mengonservasi flora asli
Kalimantan agar tidak punah. Salah satu usahanya adalah dengan melakukan
eksplorasi atau pencarian flora asli Kalimantan untuk selanjutnya dikumpulkan
dan dikoleksi di kawasan konservasi seperti Kebun Raya.
Amin mengakui, saat ini pihak Kebun Raya Balikpapan bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Pertamina tengah melakukan kegiatan eksplorasi flora. Dalam kegiatan bertajuk Pertamina Ecopedition, ketiga pihak melakukan ekspedisi ke hutan primer di Kalimantan guna mengoleksi bibit, seedling (anakan) atau pohon (ukuran 50-100 cm) yang masih bisa diselamatkan.
Mengonservasi melalui Ecopedition
“Eksplorasi
Pertamina Ecopedition dilaksanakan mulai tanggal 6 Maret 2013 dan akan berakhir
pada 25 Maret nanti,” ungkap Amin. Ekspedisi tahap pertama dilakukan di Hutan
Labanan, Berau yang merupakan Hutan Penelitian di bawah naungan Balai Besar
Penelitian Dipterokarpa (B2PD), Kementerian Kehutanan.
Hingga 21 Maret 2013, tim Pertamina Ecopedition berhasil menemukan 317 jenis tanaman (kayu & nonkayu) dan 38 jenis anggrek dari 5.493 spesimen yang dikumpulkan. Tak hanya tumbuhan kayu seperti Pelawan, Meranti, Keruing, dan Eboni, tim Pertamina Ecopedition juga mengonservasi tanaman buah seperti Rambai Hutan (Baccauera, sp) dan Lengkeng Hutan (Dimocarpus, sp). Tim juga menemukan Daun Selekop (Lepisanthes Amoena) yang khas digunakan Suku Dayak sebagai pemutih kulit.
Hasil temuan ekspedisi akan diolah, diidentifikasi dan selanjutnya dikoleksi di Kebun Raya Balikpapan sebagai benteng terakhir perlindungan tanaman khas Kalimantan. Menurut Dra. Yuzammi, MSc - peneliti LIPI yang memimpin tim ahli - tema koleksi Kebun Raya Balikpapan adalah tanaman khas Kalimantan berupa pohon. “Dari hutan Kalimantan yang dikoleksi adalah jenis pohon, kebanyakan Meranti, Jambu-Jambuan. Maksud mengoleksi ini adalah untuk menyelamatkan,” ungkapnya.
Berbagai Hasil dan Manfaat Eksplorasi
Disela-sela
kegiatan eksplorasi, Public Relations Section Head Pertamina Refinery Unit V,
Fety menjelaskan bahwa keterlibatan pihaknya dalam kegiatan ini dilandasi
keinginan Pertamina untuk turut serta dalam upaya konservasi sumber daya hayati
yang ada di Kalimantan.
“Sesuai
komitmen, kami bervisi menjadi Sobat Bumi melalui kegiatan Corporate Social
Responsibility di bidang lingkungan. Kegiatan konservasi ini adalah salah
satunya, sekaligus menjadi alternatif kegiatan lingkungan lain seperti
penghijauan, penanaman pohon dan lain sebagainya,” jelasnya.
Ia
berharap, hasil eksplorasi ini dapat meningkatkan jumlah dan jenis koleksi
tanaman asli Kalimantan di Kebun Raya Balikpapan. Nantinya koleksi konservasi
tersebut bisa menjadi sarana edukasi bagi pelajar dan anak muda agar mengenal
keanekaragaman hayati yang harus dilestarikan.
Selain
manfaat edukasi, Aminuddin menambahkan bahwa hasil konservasi bisa disumbangkan
ke berbagai pihak yang memerlukan untuk penanaman di tempat lain. “Kalau
diperlukan oleh Kebun Raya yang lain di Indonesia juga akan kita sumbangkan.
Jadi hasil eksplorasi ini tidak hanya untuk Kebun Raya Balikpapan tapi juga
untuk berbagai pihak lainnya,” tutur Amin.
Menimbang
manfaat eksplorasi yang begitu signifikan, Amin berharap pihaknya memperoleh dukungan
dari masyarakat secara berkesinambungan. “Biasanya setahun kami hanya bisa satu
kali eksplorasi. Dengan dukungan Pertamina kami bisa melakukan lebih dari satu
kali sehingga lebih banyak flora asli Kalimantan yang bisa kita selamatkan,”
ungkapnya.