EKSKLUSIF
Kontrakan WN Tiongkok di Balikpapan Dilapisi Peredam
Bentuknya seperti busa keras, ada yang berwarna hitam dan silver. Peredam itulah yang menghambat suara dari dalam rumah terdengar ke luar.

BALIKPAPAN, tribunkaltim.co.id - Sepi seperti tak berpenghuni. Itulah kesan warga sekitar terhadap rumah-rumah tempat penampungan puluhan warna negara asing (WNA) asal Tiongkok yang digerebek aparat gabungan dari Polri, TNI, Satpol PP, dan Imigrasi Balikpapan dalam tiga hari terakhir.
Tak terdengar aktivitas rumah tangga atau sekadar orang berbincang-bincang dari dalam rumah. Para tetangga mengaku hanya melihat dua atau tiga orang saja di luar rumah. Tidak ada suara apa-apa yang memberi sinyal di dalam rumah tersebut ada puluhan orang berkumpul setiap hari.
Yohanes, warga cluster Amsterdam yang merupakan tetangga sebelah rumah lokasi penggrebekan ketiga dilakukan, hanya melihat dua atau tiga orang keluar rumah menggunakan mobil Kijang Innova pada pukul 6.30 pagi. Serta beberapa tukang yang sedang mengerjakan taman di depan rumah.
"Benar-benar kaget juga saya. Nggak tahu kalau isinya segitu banyak. Apalagi, katanya tadi pagi sudah ada yang diangkut keluar lebih dulu. Berarti lebih 30 penghuninya. Tidak kedengaran sama sekali suaranya. Biasanya kalau orang banyak, ada suara orang ngobrol sahut-sahutan. Tapi ini tidak ada sama sekali," ungkap Yohanes, Jumat (31/10).
Menurutnya, rumah beralamat persis di Amsterdam U4 No 2 Balikpapan Baru itu milik seorang bernama Jimie yang dikontrakkan kepada orang lain. "Baru sekitar dua hari ini kalau nggak salah, ada penghuninya. Ada mobil Kijang parkir di depan sini. Kemarin satu, tadi pagi ada dua kijang," ungkap Yohanes.
Usut punya usut, ternyata di beberapa dinding rumah dan pintu terdapat lapisan peredam. Bentuknya seperti busa keras, ada yang berwarna hitam ada juga yang berwarna silver. Peredam itulah yang menghambat suara dari dalam rumah terdengar ke luar.
"Mereka pakai peredam. Makanya tetangga tidak tahu kalau di dalam rumah ada banyak orang. Suara aktivitas mereka pun tidak terdengar sampai ke luar," kata Kanitreskrim Polsek Balikpapan Utara, Ipda Hadi yang ikut melakukan penyergapan ke tempat kejadian perkara (TKP) Amsterdam, Jumat (31/10) sore.
Selain peredam, rumah di TKP sebelumnya di Pesona Den Haag juga memiliki kelebihan lain, yakni wifi outdoor yang diduga berkapasitas antara 10-15 MB senilai puluhan juta rupiah.
Ibnu, salah satu tetangga yang juga menggunakan perangkat yang sama, mengatakan perangkat internet tersebut bisa mengakses data dalam jumlah besar. Bahkan sekelas perangkat untuk sebuah perusahaan. "Saya pas dapat informasi minta dipasang wifi jenis ini, berpikir rumah tersebut akan menjadi kantor. Mereka pasang dengan perusahaan Global Extrem, penyedia jaringan internet. Pastinya internet menjadi kebutuhan utama bagi bisnis mereka. Apalagi dengan kapasitas sebesar itu," ungkap Ibnu.
Tak hanya tetangga sebelah rumah, petugas keamanan perumahan pun dibuat kaget begitu mengetahui ada satu unit rumah dihuni puluhan orang. Bahkan warga asing tanpa identitas pula. Pasalnya, keberadaan penghuni baru tidak dilaporkan ke petugas keamanan setempat. "Tidak tahu. Mereka tidak pernah melapor ke kami. Makanya pas tadi pagi ada penggrebekan di Pesona Den Haag kami juga kaget. Begitu siang tadi ada puluhan orang asing dibawa keluar pakai satu mobil Innova, langsung kami telusuri asalnya. Begitu mobil itu masuk kembali ke perumahan dan mau keluar lagi dengan puluhan orang asing, langsung kami cegat di depan dan kami palang portal perumahan," ungkap Pani, petugas security di Perumahan Balikpapan Baru.
Dari obrolan singkat dengan sopir, Pani dan rekan-rekannya sesama petugas keamanan langsung curiga. Mereka langsung menghubungi petugas Polsek Balikpapa Utara.
Dua Penggrebekan
Masalah keberadaan 45 WNA asal Tiongkok yang diamankan petugas gabungan Satpol PP, TNI/Polri dan Imigrasi Balikpapan, Rabu (29/10) lalu, belum terungkap, pada Jumat (31/10) kemarin petugas gabungan kembali menggrebek dua rumah di kawasan Perumahan Balikpapan Baru yang juga berisi puluhan WNA asal Tiongkok tanpa identitas keimigrasian.
Penggrebekan pertama dilakukan di kawasan Pesona Den Haag Blok V5/2 RT 60 sekitar pukul 9 pagi. Di rumah megah berlantai dua itu, tinggal 29 warga asing, terbagi 19 laki-laki dan 10 wanita. Namun, karena satu orang berhasil kabur, aparat hanya mengamankan 28 orang saja. Selain orang, aparat juga menyita tiga unit laptop dan belasan ponsel.
Penggrebekan kedua, dilakukan di kawasan perumahan yang sama, namun beda cluster, tepatnya di Amsterdam RT 24 blok U4/2. Di rumah itu aparat gabungan mengamankan 26 warga asing, terdiri dari tiga wanita dan 23 pria. Berikut belasan ponsel, perangkat receiver, CCT, printer dan dua unit televisi flat.
Sama seperti penggrebekan sebelumnya, puluhan warga asing ini pun tidak bisa berbahasa Inggris maupun Indonesia sama sekali. Aparat kembali dibenturkan soal bahasa yang menjadikan komunikasi tidak berlangsung dua arah.
"Sampai saat ini kami belum tahu maksud keberadaan mereka di Balikpapan, siapa yang membawa dan siapa yang memfasilitasi hingga bisa mendapat tempat tinggal. Sama seperti kelompok yang sebelumnya, mereka hanya bisa berbahasa Mandarin. Sambil menunggu tindakan selanjutnya dari aparat kepolisian dan Imigrasi mereka dititipkan di Rudenim Balikpapan," kata Kasi Operasional Satpol PP Balikpapan, Subardiyono.
Pengungkapan adanya warga asing di Den Haag Blok V5/2, menurut Subardiyono bermula dari informasi masyarakat dan anggota Satpol PP. Setelah informasi tersebut diyakini benar, tim gabungan langsung meluncur. "Mengapa pagi, karena saat pagi orang -orang ini masih tidur. Sehingga mudah melakukan penyergapan," ungkap Subadiyono.
Sementara penggrebekan di Amsterdam bermula dari informasi pihak keamanan perumahan yang mencurigai dua unit mobil Kijang Innova membawa puluhan warga asing hendak keluar dari perumahan. Mereka menghentikan kendaraan tersebut dan menghubungi aparat berwajib. "Kami bersama tim datang ke TKP setelah mendapat informasi tersebut dan ternyata kelompok mereka ini sama seperti yang kami amankan pagi harinya," ujar Subardiyono.
Semua warga asing tanpa identitas tersebut dibawa ke Rudenim Balikpapan sambil menunggu proses pemeriksaan dan BAP oleh pihak Imigrasi Balikpapan rampung. 28 warga dari Den Haag diangkut menggunakan truk bernopol B 9942 LI. Sedangkan 26 warga dari Amsterdam menggunakan tiga unit kendaraan operasional Satpol PP Kota Balikpapan.
Seperti diberitakan (Tribun, 30/10), aparat gabungan sebelumnya telah menggerebek sebuah rumah di Jl Puncak No 26, Markoni, Balikpapan Kota, yang juga menampung 45 WNA asal Tingkok
Menyikapi adanya penemuan kedua dan ketiga oleh tim gabungan, Plh Kakanim Balikpapan Togol Situmorang mengatakan masih menunggu dari pihak kepolisian untuk langkah selanjutnya. "Kita masih menunggu dari kepolisian. Kalau ada tindak pidana akan ditangani pihak kepolisian, kalau tidak ada akan kami tindak dengan tindakan keimigrasian, yakni dideportasi kembali ke negaranya," kata Togol.
Terpisah, Kapolres Balikpapan Andi Azis Nizar mengatakan masalah penemuan orang asing tanpa identitas keimigrasian yang bermukim di Balikpapan, masih didalami pihak kepolisian. "Masih kita dalami, apakah ada keterkaitan dengan pengungkapan yang 45 orang sebelumnya. Saya lagi meminta anggota mengecek juga ke Imigrasi Balikpapan. Soal arus kedatangan yang banyak sekali ini," kata Andi.
Ia juga akan berkoordinasi dengan semua pihak terkait, baik pemerintah maupun Imigrasi untuk menuntaskan masalah keberadaan orang asing tanpa identitas tersebut di Balikpapan. "Kalau soal pengawasan orang asing, saat ini sudah tidak ada kewenangannya di kita lagi. Kecuali kalau ada pelanggaran pidana. Baru kita ada kewenangan. Kalau tidak ada, tidak bisa. Karena kewenangan pengawasan terhadap orang asing di kepolisian sudah dicabut. Semua ditangani Imigrasi. Makanya selama belum ada hasil penyelidikan, kita limpahkan dulu ke Imigrasi. Agar tidak cepat-cepat dideportasi. Kalau sudah langsung dideportasi, kita tidak bisa tahu maksud dan tujuan keberadaan mereka di sini," beber Andi. (*)