Kebakaran Pasar Jamaker

Ayam Jutaan Dibawa Kabur Saat Kebakaran

“Apa itu pencuri. Sudah lihat kita susah, betul-betul tidak punya perasaan. Sudah susah kita, malah dibuat susah,” ujarnya.

TRIBUN KALTIM / NIKO RURU
Abu, Jumat (21/11/2014), saat mengambil kurungan ayamnya yang tersisa dari kebakaran di Pasar Jamaker, Kecamatan Nunukan. 
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN -  Abu menggerutu. Pria berumur yang hingga kini belum memiliki istri itu berjalan di sekitar puing-puing rumahnya yang terbakar di RT 026, Kelurahan Nunukan Barat, Kecamatan Nunukan.
Sambil memungut kurungan ayam dari besi yang masih bisa digunakan dari sisa-sisa kebakaran, Kamis (20/11.2014) malam, ia meluapkan kekesalannya. (Baca juga: Puluhan Korban Kebakaran Mulai Tempati Tenda Pengungsian).
“Apa itu pencuri. Sudah lihat kita susah, betul-betul tidak punya perasaan. Sudah susah kita, malah dibuat susah,” ujarnya.
Abu kesal bukannya tanpa sebab. Puluhan ayam jago piaraannya dibawa kabur warga di sekitar lokasi kebakaran, saat dia berusaha menyelamatkan ayam-ayam dari ras Filipina itu.
Alasanya bantu membantu ternyata diambil ayam saja. Sekarang tinggal empat atau lima saja yang sisa,” ujarnya. Salah seorang keponakannya menyebutkan, seekor ayam jago dewasa milik Abu bisa dijual hingga seharga Rp5 juta.
“Itu ayam asli. Dia beli bibitnya dari Filipina, dipelihara di sini baru dijual,” ujarnya. Karena ayam yang harganya mahal itupula, saat kebakaran mulai terjadi di Pasar jamaker, sekitar pukul 17.45, Abu yang tinggal berenam bersama orang tua, saudara dan keponakannya, terlebih dahulu menyelamatkan ayam-ayamnya itu.
“Waktu kebakaran itu saya sementara kasih makan ayam jago. Begitu dipanggil teman saya, katanya ada kebakaran saya naik ke atas lihat ada asap mengepul, kebakaran sudah,” ujarnya.
Saat itu lebih 20 ekor ayam jago yang berhasil dia selamatkan, dengan membawanya ke tempat yang lebih tinggi menjauhi lokasi kebakaran. Namun karena ramainya warga yang ada saat itu, dia tidak tahu persis siapa yang membawa ayamnya?
“Habis dicuri. Ndak sempat diselamatkan,” ujarnya. Tidak hanya ayam miliknya, sejumlah peralatan rumah tangga yang sempat diselamatkannya dari amukan api, tidak jelas kemana raibnya.
“Berkeliaran pencuri. Ada puluhan ayam dicuri orang. Televisi juga dicuri,” ujar Abu, yang mengaku semalaman belum tidur dan hanya menghabiskan malam beralaskan terpal di sekitar lokasi kebakaran.
Sabri (38), warga lainnya mengaku saat kejadian Kamis sore itu, ada puluhan ton ikan yang baru didatangkan dari Tawau, Sabah, Malaysia untuk siap dijual. “Banyak sekali yang terbakar. Itu baru bongkar orang,” ujarnya.
Saat melihat api mulai membesar dari pasar ikan, dia sama sekali sudah tidak berfikir untuk menyelamatkan ikan maupun peralatan dagangannya. Dari kediamannya ke pasar ikan berjarak sekitar 500 meter.
Ratusan juta melayang percuma akibat terbakarnya ikan-ikan tersebut. Beruntung selama ini Sabri hanya mengambil ikan dan pedagang besar dan hanya membayar ikan yang laku terjual.
“Saya cuma jualkan saja,” ujarnya. Dalam sehari Sabri bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp500 ribu dari sekitar dua pikul ikan yang dijual Rp3 juta. Kebakaran itu sendiri terjadi setelah mereka selesai berdagang.
Sabri sudah dua kali mengalami musibah seperti ini. Perantauan asal Sulawesi Selatan ini pada 2001 lalu juga terkena musibah kebakaran di Pasar Liem Hie Djung. Warga korban kebakaran inilah yang kemudian mendirikan pusat ekonomi baru di Pasar Jakamer.
Rupanya pengalaman tahun 2001 silam membuat Sabri benar-benar siap menghadapi kenyataan jika sewaktu-waktu kembali mengalami musibah serupa.
“Pas lihat asapnya, saya bilang rata lagi ini. Langsung ingat 2001. Karena dulu kenanya juga mulai dari pasar,” ujarnya.
Saat kebakaran terjadi, dia bersiap hendak bersantap sore bersama istri dan tiga anaknya. Ketika tiba-tiba dia mendengar suara teriakan
Warga yang panik karena kebakaran, Sabri berusaha untuk menyelamatkan semua barang-barangnya. Usai mengamankan barang-barang miliknya, dia berusaha menyelamatkan barang-barang milik tentangganya. Saat itu sejumlah tetangganya sedang berada di kebun sehingga banyak rumah yang kosong.
“Yang di depan rumah saya bantu. Saya ambil kopernya,” ujarnya. Hingga Jumat siang, dia masih mengungsi di tanah lapang tak jauh dari lokasi kebakaran. Diapun hanya menyimpan barang-barangnya beralaskan terpal. “Belum kita dirikan tenda,” ujarnya.
Meskipun harus kehilangan rumah dan peralatan berdagang, Sabri tak patah semangat.  Setelah ini mencari rumah kontrakan dulu,” katanya. Diapun akan kembali memulai usaha sebagai pedagang ikan.  Kalau sekarang asal ada ikan langsung jualan,” ujarnya menegaskan masih ingin berjualan ikan di sekitar Pasar Jamaker. (*)
 
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved