Kolom Rehat

Kurt Cobain Orang paling Religius?

Ketika ngobrol dengan Kurt, Fariz sering merasa tidak 'nyambung' karena setiap hal dibahas oleh Kurt dengan penuh kedalaman filosofis dan religius.

TRIBUN KALTIM
Arif Er Rachman 

Oleh: ARIF ER RACHMAN

KURT Cobain adalah orang yang paling religius. Setidaknya begitu menurut Fariz RM soal vokalis band beraliran grunge paling fenomenal, Nirvana, tersebut. Apakah Fariz serius atau bercanda ketika menyatakan itu, saya belum sempat menanyakannya.

Ceritanya begini: saat itu, sekitar tahun 1989, Fariz dikenalkan oleh saudaranya yang menetap di New York pada anak-anak muda yang mulai merintis karier band indie mereka dengan tampil di klub-klub kecil. Salah dua dari mereka adalah Kurt Cobain dan Dave Grohl.

Ketika itu Nirvana baru terbentuk dan Dave Grohl baru mulai bergabung dengan Kurt Cobain dan Krist Novoselic di band yang beberapa tahun kemudian menjadi band paling berpengaruh hingga saat ini.

Ketika ngobrol dengan Kurt, Fariz sering merasa tidak 'nyambung' karena setiap hal dibahas oleh Kurt dengan penuh kedalaman filosofis dan religius. "Sorry, bro.. He's in heaven," bisik Dave Grohl kepada Fariz yang dilihatnya agak bingung dengan celotehan Kurt.

Karena itu, Fariz tidak merasa heran ketika mendengar salah satu alasan Kurt bunuh diri saat berada di puncak karier Nirvana (1994) adalah karena tidak lagi memiliki teman untuk diajak 'bicara' tentang dunia yang hanya sekadar "mampir minum bir" ini.

Kurt Cobain

(Soal bunuh diri Kurt sampai saat ini sebenarnya masih kontroversial. Meski polisi secara resmi menyatakan Kurt bunuh diri, banyak pihak berpendapat dengan sejumlah 'bukti' bahwa Kurt dibunuh.

Bahkan ada yang menghubungkan pembunuhan tersebut dengan Courtney Love, istri Kurt sendiri. Tapi kita tidak sedang membahas kontroversi itu saat ini, mungkin lain kali. Saya hanya ingin ngobrol soal religius).

Mulai pekan ini dan akan makin banyak beberapa pekan ke depan, penampilan artis di televisi terlihat lebih 'religius'. Acara-acara dan sinetron 'religius' pun sudah mulai bermunculan.

Bahkan iklan-iklan pun menjadi bertema 'religius', contohnya pasangan suami-istri berbaju koko dan berkerudung saat minum white coffee atau satu keluarga berbusana muslim ramai-ramai menyambut bedug dengan saling bertukar minuman bersoda yang tiap botol ada tulisannya: ayah, ibu, nenek, dan lain-lain.

Semua itu tak lain karena saat ini kita sedang menuju bulan Ramadhan, bulan yang paling punya nilai religius. Sayangnya, saya melihat hal-hal religius yang ditampilkan selama Ramadhan baru menyentuh permukaan untuk tidak menyebutnya hanya sebagai alat untuk meningkatkan rating atau penjualan atau apapun lah yang sangat duniawi.

Sesuatu yang religius pada Ramadhan hanya dijadikan momentum untuk kepentingan bisnis. Album-album religi bermunculan. Tak jarang lagunya yang penting asal ada menyebut-nyebut nama Tuhan (lebih bagus dalam syair-syair bahasa Arab) atau berirama padang pasir tanpa ada permenungan atau kesadaran mendalam tentang Sang Khalik.

Salahkah? Tentu saja tidak bisa dikatakan begitu. Buktinya laris dan digemari. Tapi saya melihat religius seperti itu adalah religius yang hanya menyentuh kulit ari. Padahal religius itu lebih tepat ada pada hati dan merupakan state of mind yang kemudian dijabarkan dalam tingkah laku sehari- hari, terlebih pada saat Ramadhan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved