Destinasi

Mengenang Kawasan Wisata Belanja Citra Niaga

Sebagai proyek percontohan, Kawasan Citra Niaga mendapatkan penghargaan prestisius yang diberikan setiap 3 tahun sekali sejak tahun 1976

Editor: Martinus Wikan
TRIBUN KALTIM / NEVRIANTO
Pengunjung melihat-lihat di Pertokoan Citra Niaga Samarinda beberapa waktu lalu (1/1/2015). Komplek Pertokoan Citra Niaga merupakan kawasan khas menjajakan aneka pernik, kerajinan dan benda seni khas Kaltim peraih penghargaan Arsitektur Aga Khan Award yang perlu dilestarikan 

Laporan Reporter Tribun Kaltim Budhi Hartono 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Dahulu, kawasan yang akrab disebut Citra Niaga, masih bernama Taman Hiburan Gelora di Samarinda. Taman tersebut memiliki luas lahan 2,7 hektar, tepat ditengah Kota Samarinda. 

Sebelum Taman Hiburan Gelora menjadi Kawasan Citra Niaga, kawasan ini menjadi tempat berkumpul masyarakat samarinda. Sayangnya, taman itu terlihat kumuh. Bahkan, ditempat ini dimanfaatkan untuk ajang kegiatan prostitusi liar.

(Simak juga: VIDEO - Menyaksikan Jagad Raya di Planetarium 3D )

Pada tahun 1986, Pemerintah Kota Samarinda mengubah fungsi bangunan tersebut. Saat itu, Walikota Samarinda Waris Husain mencanangkan taman itu menjadi pusat perdagangan Citra Niaga. 


Citra Niaga-Kawasan kios Citra Niaga, saat difoto di Kota Samarinda, Minggu (29/3/2015). Kawasan Citra Niaga dikenal sebagai peraih penghargaan Aga Khan Award kini bertahan ditengah persaingan dengan kawasan mal yang marak di Samarinda. (TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO)

Proyek yang dibangun tiga tahun itu, menelan biaya sekitar Rp 8 miliar. Konsep awal pembangunan Kawasan Citra Niaga untuk mengakomodir pelaku ekonomi dalam suatu kawasan. 

Para pedagang kecil menempati kios-kios dan Pedagang Kaki Lima (PKL) menempati lapak-lapak di sekitar kawasan itu. Proyek pembangunan Citra Niaga pada akhirnya menjadi proyek percontohan nasional pembangunan sektor informal dan pada tahun 1989. 

Sebagai proyek percontohan, Kawasan Citra Niaga mendapatkan penghargaan prestisius yang diberikan setiap 3 tahun sekali sejak tahun 1976 oleh The Honour Aga Khan yang berkedudukan di Jenewa, Swiss.
 
Kawasan Citra Niaga mendapat penghargaan, karena tidak hanya memenuhi kepentingan ekonomi dan sosial. Melainkan, keindahan bangunan, pengelolaan yang mencerminkan demokrasi karena melibatkan para pedagang kaki lima melalui koperasi, pengelola toko kelontong, pemerintah, dan pengusaha. 

Untuk diketahui, Aga Khan Award diberikan kepada karya-karya profesional di bidang arsitektur yang bernafaskan budaya Islam dan konsepsi bangunan yang identik kebutuhan penduduk muslim, melalui penyajian arsitektur yang menarik. 

Itulah sepenggal kenangan Kawasan Citra Niaga yang pernah menjadi kebanggaan kota Samarinda, Provinsi Kaltim dan Indonesia dalam beberapa tahun setelah meraih penghargaan Aga Khan. 


Pengunjung sedang melihat manik-manik di salah satu toko di pusat perbelanjaan tradisional pasar Citra Niaga (TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO)

"Sempat dimanfaatkan untuk pelacuran. Tapi diubah saat Pak Waris menjadi walikota. Sampai jadi daerah kawasan Citra Niaga," kata Fachruddin Djafrie, mantan Kepala Dinas Pariwisata Kota Samarinda, kini menjabat Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pemprov Kaltim, kepada Tribun, diruang kerjanya, Gedung Stadion Madya Sempaja, Samarinda, Provinsi Kaltim.

Di komplek Kawasan Citra Niaga saat berdiri awalnya, terdapat 224 pedagang kaki lima yang menempati petak-petak berukuran 2 x 3 meter hingga 3 x 3 meter. Untuk kios yang disewakan terdapat 79 kios untuk kelompok usaha menengah. 

Konsep bangunannya orisinil, memberikan alternatif baru perkembangan perkotaan saat itu. Bangunan memikat dan indah dilihat. Dengan bentuk siku-siku yang bisa muncul dalam sebuah gaya postmodern, dipadukan dengan suasana alam sekitar. 

Komplek Kawasan Citra Niaga di Samarinda, dilengkapi dengan ikon khas yakni terdapat bangunan menara yang di atasnya dihiasi burung enggan. 

Bangunan berbentuk empat persegi panjang ini, boleh dibilang berada di pusat pertemuan segala kegiatan. Dekat Masjid Agung Samarinda. Dan hanya sekitar 50 meter dari pelabuhan Sungai Mahakam, yang diapit empat jalan protokol. Antara lain, jalan Laksamana Yos Sudarso, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Panglima Batur dan Jalan Jalan Imam Bonjol. 
 
Untuk di dalam komplek Kasawan Citra Niaga, terdapat Jalan Niaga Selatan. Jalan itu memiliki lebar 13 meter dan panjang 281 meter. Karakter jalan lurus tidak berkontur/datar. Pada bagian paruh jalan dan mendekati ujung jalan terdapat tempat memutar kendaraan selebar 6 meter.
 
Jalan ini memiliki dua jalur yang dipisahkan oleh median selebar 1 meter. Namun keberadaan para PKL telah mengaburkan keberadaan dan fungsi median yang sebenarnya.

Kini semua telah berubah, kompleks perbelanjaan yang diberi nama Kawasan Pusat Perbelanjaan Citra Niaga kembali terlantar, dan tidak tertata lagi, seperti saat menerima penghargaan Aga Khan 30 tahun silam.(*)

****

UPDATE berita eksklusif, terkini, unik dan menarik dari Kalimantan.

Like fb TribunKaltim.co 

Follow  @tribunkaltim 

Tonton Video Youtube TribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved