Breaking News

Pengurus Masjid Al Hikmah: Dulu Dia Kepala Preman di Pasar Segiri

Dulu, tepatnya tahun 1970-an, hampir tak pernah sehari pun berlalu di Pasar Segiri tanpa terjadi tindak kriminal.

Penulis: Doan E Pardede |
TRIBUNKALTIM/NEVRIANTO HP
Masjid Al Hikmah turut terbakar saat kebakaran besar menghanguskan ratusan kios dan lapak bagian belakang Pasar Induk Segiri Samarinda, Kamis (29/10/2015). Masjid ini menjadi saksi perjalanan pasar terbesar di Samarinda ini, termasuk sisi kelam dalam kehidupan pasar. 

"Dulu dia itu kepala preman di sini. Semua ikut dia. Dia bilang iya anggotanya juga iya. Dia bilang nggak, dibawah pasti nggak," kata H Koding sembari menunjuk seorang pria berkupluk dengan kemeja kotak-kotak yang baru menyapanya.

Dulu, tepatnya tahun 1970-an, hampir tak pernah sehari pun berlalu di Pasar Segiri tanpa terjadi tindak kriminal.
Mesjid Al-Hikmah yang berada di satu sudut Pasar Segiri, menjadi salah satu bangunan yang ikut dilalap api dalam kebakaran, Kamis (29/10) dinihari lalu. Salah satu bagian dinding di sebelah luar tampak menghitam dan sebagian semen pelapis sudah terkelupas.

Paskakebakaran, kata H Koding, Pimpinan Pengurus mesjid Al-Hikmah kepada Tribun, Jumat (30/10/2015) lalu, pihaknya langsung menginstrusikan agar semua perlengkapan yang dibutuhkan jemaah untuk beribadah segera dibersihkan. Sehingga, walau ada kekabaran tidak ada satu pun jadwal sholat yang terlewatkan.

Bagian terparah yang rusak di langit-langit bagian dalam dan instalasi listrik yang tertanam di bawah mesjid.

Dia memaparkan, keberadaan mesjid Al-Hikmah tidak bisa dipisahkan dari sejarah Pasar Segiri itu sendiri. Berdasarkan penuturan orangtuanya yang juga pimpinan pengurus mesjid era sebelumnya, saat Pasar Segiri mulai ada, mesjid juga sudah ada.

Dulu mesjid masih terbuat dari kayu dengan tiang pancang ulin sebagai pondasinya. Kala itu bantaran sungai Karang Mumus (SKM) yang saat ini menjadi permukiman, masih berupa rawa-rawa. Hingga sebuah kebakaran besar tahun 1990-an, meludeskan semua bangunan. Sejak itu, mesjid lalu dibangun kembali dengan beton permanen.

"Itu berasal dari swadaya warga," katanya.

Bukan hanya perkembangan fisik pasar, keberadaan mesjid ini juga menurutnya memegang peranan besar dalam mengubah karakter warga dan pedagang di Pasar Segiri itu sendiri. Dulu kata dia, jumlah jemaah yang menggunakan mesjid sangatlah sedikit.

Suasana pasar, masih dipenuhi kriminalitas setiap harinya. Mulai dari pencurian, perkelahian, premanisme dan tindak kriminal lainnya hampir selalu ada setiap harinya. Perselisihan sedikit saja, bisa langsung berujung perkelahian besar.

Lambat-laun, dengan berbagai upaya dari pengurus, jumlah pelaku-pelaku kriminal menurun, hingga akhirnya sesama warga dan pedagang merasa sudah seperti keluarga sendiri. Seorang kepala preman pasar yang terkenal sadis kala itu pun berubah menjadi baik. Pada momen-momen penting, jumlah jemaah yang hadir bahkan bisa mencapai 1.000 orang.

"Kalau Jumat mesjid itu penuh," katanya.

Terkait pembangunan kembali, pengurus akan segera mengadakan rapat untuk membahas tindak lanjut dampak kebakaran. Beberapa waktu lalu, pengurus juga sudah mendatangkan ahli bangunan untuk melihat kondisi paska kebakaran. Sejauh ini, bangunan masih dinyatakan aman karena setelah diperiksa tidak ada kerusakan yang cukup serius.

"Aman saja, tidak ada yang goyang dan hanya retak," katanya.

Sejauh ini, belum ada kabar apakah pembangunan mesjid akan dibantu oleh pemerintah atau tidak. Kabar yang berkembang, pengurus diminta untuk membuat proposal permohonan bantuan terlebih dahulu. "Pengurus harus membuat proposal dulu," katanya.(doan pardede)

Caption :

Mesjid Al-Hikmah di Pasar Segiri ikut terbakar dalam peristiwa kebakaran hebat pada, Kamis (29/10) lalu.(TRIBUNKALTIM/DOAN PARDEDE)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved