Traveling
Menyaksikan Kedahsyatan Erupsi Merapi Dengan Jeep
Untuk berkeliling melihat objek wisata di kaki gunung merapi, tidak bisa menggunakan mobil penumpang biasa. Melainkan harus menggunakan jeep
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Margaret Sarita
TRIBUNKALTIM.CO, YOGYAKARTA -AMUKAN Merapi 5 November 2010 lalu yang meluluhlantakkan pedesaan di sekitarnya menyisakan banyak cerita. Kini, setelah lima tahun, cerita pilu dan sisa-sisa erupsi pun masih tergambar jelas di sekitar kaki gunung yang menjadi objek wisata.
Tak sedikit, wisatawan lokal maupun manca negara yang sengaja datang untuk melihat sisa erupsi. Melihat tayangan di televisi, tentu berbeda dengan melihat dengan mata kepala sendiri. Lebih dekat, lebih nyata dan lebih memuaskan rasa penasaran tentunya.

Uji adrenalin di Danau Semi Tempuran (TribunKaltim/Margaret Sarita)
Awal November lalu, tepat sehari sebelum peringatan tahun kelima, terjadinya musibah luapan lahar dingin di kaki gunung merapi, Tribun Kaltim bersama awak media di Kutai Timur, Kadisdukcapil Kutim, Januar Harlian dan Kabag Humas Mochtar, berkesempatan mengunjungi beberapa lokasi yang menjadi tempat objek wisata lava trip tersebut.
Untuk berkeliling melihat objek wisata di kaki gunung merapi, tidak bisa menggunakan mobil penumpang biasa. Melainkan harus menggunakan jeep. Karena medan yang dilalui cukup terjal dan menanjak. Namun tak perlu khawatir, karena di sepanjang jalan menuju objek wisata Gunung Merapi, terutama di kawasan Kaliurang, banyak terpampang plang penawaran menyewa mobil jeep.
Setelah melihat-lihat, pilihan kami jatuh pada penyewaan jeep di dekat Patung monyet. Di tempat itu, terdapat lima pilihan perjalanan wisata merapi, berdasarkan jarak dan waktu juga objek wisata yang dikunjungi.
Baca juga berita lainnya:
Berpetualang Menyusuri 7 Gua Sambil Belajar di Museum Kars Wonogiri
Bangunan Bata Merah Dengan Arsitek Jaman Majapahit ada di Desa Bejijong
Teluk Kiluan Tempat Atraksi Lumba-lumba di Habitat Aslinya
Kami pilih paket short dengan rute dari patung monyet, kali Kuning, Mini Musium Sisa Hartaku, Batu Wajah, bunker Kaali Adem dan Danau Semi (Tempuran) seharga Rp 300.000 setelah mendapat diskon Rp 50.000. Kebetulan, rombongan kami berenam sehingga harus menggunakan dua kendaraan jeep.

Deretan foto dokumentasi seputar kejadian erupsi merapi di musium mini. (TribunKaltim/Margaret Sarita)
Setelah menggunakan masker pemberian pak sopir yang sekaligus tour guide, petualangan pun dimulai. Lokasi pertama yang dilalui adalah Kali Kuning. Pasca erupsi, jembatan Kali Kuning dipadati material gunung yang terbawa saat banjir lahar dingin yang menutup lubang jembatan dan merusak pagar. Namun, saat ini jalan penghubung desa cangkringan sudah dapat dilewati.
Dari situ, melalui jalan desa di Dusun Petung, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman kami diajak menuju Musium Mini Sisa Hartaku. Di sini, masih berdiri sebuah rumah yang hancur akibat terpaan banjir lahar. Rumah dengan atap seadanya dan beberapa deret foto saat musibah letusan Gunung Merapi terjadi dan setelah letusan.
Di bagian dalam, dipajang beberapa perabot rumah, seperti piring, lampu minyak, mesin jahit dan peralatan masak yang tertutup abu. Di tempat ini pula tersimpan Jam Erupsi yang menunjukkan waktu terjadinya Erupsi.
Melihat deretan foto dan perabot rumah yang terpajang di dalam rumah, seolah memberikan gambaran jelas bagaimana dasyatnya peristiwa lima tahun lalu.
Dari Musium mini, perjalanan dilanjutkan menuju tempat berdirinya batu alien. Yakni sebuah batu besar yang sekilas berbentuk wajah manusia, namun hanya memiliki satu mata. Batu ini, menurut tour guide kami, merupakan bagian dari muntahan Gunung Merapi. Dari lokasi ini pula, kami bisa melihat Kali Gendol yang merupakan jalur lahar panas.
Musium mini omahku memoriku di dusun petung (TribunKaltim/Margaret Sarita)
Penghujung perjalanan pendek kami, adalah bunker Kaliadem. Sebuah tempat yang konon dibangun sebagai tempat perlindungan dari awan panas Gunung Merapi. Lokasinya sekitar 5 Km dari puncak Merapi.
Menuju lokasi bunker, rumah-rumah yang rusak sebagian atau tertimbun abu menjadi pemandangan tersendiri. Rumah tersebut merupakan bekas pemukiman kampung Kaliadem yang diterjang lahar dingin saat erupsi. Meski saat ini, sebagian lahan sudah menghijau kembali oleh ilalang, namun reruntuhan masih bisa dilihat dengan jelas.
Dalam perjalanan kembali ke Patung Monyet, tour guide mengajak kami memacu adrenalin dengan bermain di Danau Semi, Tempuran. Jeep yang kami tumpangi bergerak masuk ke dalam sungai, menerjang derasnya arus hingga menyebabkan kami sedikit berbasah-basah. Seru dan segar pastinya !
O ya... dalam tour ini, juga ditawarkan kunjungan ke Desa Ngrangkah, kampung almarhum Mbah Marijan dan makam Mbah Marijan. Namun dalam paket perjalanan yang lebih lama dan lebih mahal lagi.
Info tarif penyewaan Jeep :
Mini short, 1,5 jam perjalanan, Rp 300.000
Patung Monyet, Kali Kuning, Mini Musium, Bunker Kaliadem dan danau Semi, Tempuran
Short, 2 jam perjalanan Rp 350.000
Patung Monyet, Kali Kuning, Mini Musium, Batu Alien, Bunker Kaliadem dan danau Semi, Tempuran
Medium, 3 jam perjalanan, Rp 450.000
Patung Monyet, Kali Kuning, Mini Musium, Batu Alien, Bunker Kaliadem, desa Ngrangkah (kampung Mbah Marijan) dan danau Semi, Tempuran
Long, 4 jam perjalanan, Rp 550.000
Patung Monyet, Kali Kuning, Mini Musium, Batu Alien, Bunker Kaliadem, desa Ngrangkah (kampung Mbah Marijan, Makam Mbah Marijan dan danau Semi, Tempuran
Sunrise, perjalanan 2,5 jam mulai jam 4 pagi, Rp 400.000
Patung Monyet, Kali Kuning, Mini Musium, Batu Alien, Bunker Kaliadem dan danau Semi, Tempuran
Edelweis untuk Oleh-Oleh
Nama bunga yang satu ini mengingatkan film drama musical romantis, The Sound of Music. Edelweis mendapat julukan bunga abadi dan kerap dihubungkan dengan percintaan. Berharap, cinta yang dimiliki akan abadi seperti bunga Edelweis, yang tak layu oleh waktu.

Penjual bunga edelweis di sekitar Bunker Kaliadem (TribunKaltim/Margaret Sarita)
Edelweis, bunga khas dataran tinggi atau hanya ada di kaki gunung. Salah satunya. Gunung Merapi. Tak mudah mendapatkan bunga yang satu ini, di antara rerumputan tanaman pegunungan. Kecuali, mau merogoh kocek pada penjual bunga yang ada di kaki Gunung Merapi, seperti di kawasan Bunker Kaliadem.
Bunga edelweis dijual dengan berbagai warna yang menarik. Merah, ungu, orange juga kuning. Meski buat saya, warna aslinya lebih menarik. Putih kekuningan dan coklat.
Ada yang satu bucket dirangkai dengan beberapa tanaman khas pegunungan lainnya. Ada pula yang satu ikat, hanya berisi edelweis.
Harga yang ditawarkan juga berbeda-beda. Bahkan ada yang berdasarkan tingkat kesulitan dalam mengambil bunga tersebut. Kisaran harga yang ditawarkan, mulai Rp 5.000 hingga Rp 25.000 per ikat.
Untuk modal merayu, satu ikat edelweis bolehlah menjadi oleh-oleh bagi yang tersayang.
***
UPDATE berita eksklusif, terkini, unik dan menarik dari Kalimantan. Like fb TribunKaltim.co Follow @tribunkaltim Tonton Video Youtube TribunKaltim