Tambang Batu Bara Longsor

Pasutri Ini tak Pernah Menyangka Kemarin adalah Pertemuan Terakhir dengan Putra Sulungnya

Lalu tampak air mata meleleh membasahi pipinya. Sementara sang pria dengan posisi jongkok, melipat kedua tangannya di dadanya memandang tajam lurus.

TRIBUN KALTIM/AZHAR SRIYONO
Lokasi longsoran aktivitas tambang batu bara milik PT Lembuswana Perkasa, Samboja, Kutai Kartanegara, Kamis (28/1/2016). 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMBOJA - Seorang laki-laki dan perempuan terpaku di kejauhan. Tampak tangan perempuan itu menopang dagunya, bibirnya bergerak naik turun, komat-kami. Sesekali matanya memejam.

Lalu tampak air mata meleleh membasahi pipinya. Sementara sang pria dengan posisi jongkok, melipat kedua tangannya di dadanya memandang tajam lurus ke depan.

Mereka adalah Jarmi (49) dan Sukarman (53), pasangan suami istri.

Tidak pernah menyangka Rabu sore menjadi pertemuan terakhirnya dengan putra sulungnya Syahnurfiani (29), yang menurut informasi petugas Basarnas masih tertimbun di reruntuhan longsor lokasi tambang tempat putranya bekerja pada perusahaan eksplorasi tambang batu bara PT Lembuswana Perkasa, di kawasan Samboja, Kukar, Kamis (28/1/2016).

"Terakhir ketemu anak saya itu, kemarin sore (Rabu, red). Dia pamitan sama saya sebelum berangkat kerja.

"'Mak berangkat dulu' ucapnya, ya saya jawab 'iya, hati-hati' kepadanya, hanya itu kata-kata terakhir yang keluar dari mulutnya," ucap Jarmi, ibu kandung Syahnur, kepada Tribun Kaltim.

Baca: Cari Pekerja yang Tertimbun Longsor, Basarnas Datang dengan Kekuatan Penuh

Ia mengaku belum berani mendekati daerah longsoran yang diduga menimbun putranya. Mereka memilih berada jauh dari lokasi kejadian, berdoa dan berharap datangnya keajaiban agar putra sulungnya ditemukan dalam keadaan bernyawa.

"Saya tidak ada firasat aneh-aneh sebelumnya, biasa saja. Eh tiba-tiba dapat telepon dari teman, Pak Susilo. Kemudian pihak perusahaan juga mendatangi rumah, istri saya langsung lemas dan gemetar mendengar kabar itu," ujar Sukarman, ayah kandung korban.

Diungkapkan Sukarman, Syahnur telah bekerja selama 8 tahun di PT Rian Eka Pratama (REP) sebagai operator Ekskavator. Anak laki-lakinya tersebut meninggalkan istri dan dua orang anak di rumahnya di Jalan Balikpapan-Samarinda Kilometer 9,5.

"Istrinya sempat memaksa ikut ke lokasi, tapi saya larang. Saya minta jaga kedua anaknya yang masih kecil-kecil," ungkap Sukarman.

Jarmi, tak bisa menahan tangisnya saat ditanyai TribunKaltim.co terkait anaknya. Ia masih tidak percaya bahwa sang anak sulung masih tertimbun di reruntuhan longsor tersebut. Tak berhenti ia memunajatkan doa untuk keselamatan anaknya.

"Dia itu anak yang baik, saya mohon dengan para petugas di sana. Tolong temukan anak saya itu, ya Allah Gusti, berikanlah keajaiban," kata Jarmi berharap dengan suara yang terbata.

Baca: Smeagle, si Anjing Pelacak Nyaris Mencebur saat Endus Bau Manusia

Terpisah saat ditemui korban selamat, Abdurrachman mengungkapkan orang yang pertama sadar adanya longsor pada saat kejadian adalah Syahnurfiani, putra keluarga Sukarman. Ketika itulah terakhir kali ia menatap wajah rekannya itu.

"Saat itu penerangan minim, saya melihat Syahnur berteriak 'Longsor! Minggir! Minggir!!!' ketika sadar saya langsung mengarahkan pantat ekskavator ke arah longsoran, semua unit terdorong ke arah kolam tambang," katanya. (*)

Klik Saja dan Follow @tribunkaltim serta Tonton Video Youtube TribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved