Gerhana Matahari Total
Cara Unik Warga Lihat GMT, Gunakan Kertas Rontgen Hingga Kacamata Las
Tadi bisa dilihat sendiri. Banyak warga melihat peristiwa tersebut tidak menggunakan kacamata.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Momentum Gerhana Matahari Total (GMT) di Balikpapan sempat terganggu awan, meski tidak terlalu lama.
Kasi Data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Balikpapan Abdul Haris Z mengungkapkan saat peristiwa GMT terjadi kendala.
"Saat GMT, kami menemui beberapa kendala, seperti jaringan telepon seluler terputus dari 3G hingga 4G‑nya. Entah itu karena elektromagnetik atau apa. Kami sempat kesulitan menayangkan video streaming," ungkap Abdul Haris.
baca juga
Dikemukakan, saat proses GMT pada sentuhan pertama pukul 07.25 Wita, mengalami sedikit masalah dengan cuaca. "Tadi kami melihat, saat GMT pada sentuhan pertama sempat tertututp awan. Namun, hanya sebentar karena cuaca langsung cerah," tuturnya.
Sayang, ketika berlangsung GMT, masih banyak warga menonton gerhana tidak memakai kacamata. Abdul Haris menyayangkan warga yang tidak memakai kacamata.
Hal ini terjadi karena tidak ada pembagian kacamata untuk melihat peristiwa GMT.
"Tadi bisa dilihat sendiri. Banyak warga melihat peristiwa tersebut tidak menggunakan kacamata. Mereka sudah tergoda melihatnya. Dan lagi, yang saya sesalkan di sini tidak ada pembagian kacamata seperti apa yang dijanjikan pemkot. Padahal kita sudah imbau apabila menonton gerhana memakai kacamata," ungkapnya.
baca juga
Walau sebagian masyarakat tidak memakai kacamata pelindung untuk menatap langsung GMT, mereka tampak asyik menatap dan menikmati pemandangan tersebut.
Hasil tinjauan BMKG, dari pukul 07.25 Wita, sudah ada kontak pertama gerhana Matahari hingga berakhir pukul 09.48 Wita.
Sementara, di antara kerumunan ribuan manusia yang memenuhi Pantai Kilang Mandiri ada satu pasangan unik.
Mereka menenteng alat bantu yang biasa dipergunakan tukang las. Dini Rosi (31) dan Herman Jaya (31), warga Gunung Kawi datang ke salah satu spot yang dipilih untuk mengamati fenomena langka GMT.
Bermacet ria selama perjalanan dan harus berdesakan dengan ribuan warga yang datang tak menghalangi semangat keduanya. "Jauh hari kita memang sudah merencanakan menonton GMT sebab ini langka dan katanya ratusan tahun baru terjadi kembali sehingga tak ingin melewatkan," ungkapnya, Rabu (9/3/2016).
Persiapan matang dilakukan keduanya sampai secara khusus membeli helm las untuk pengaman mata saat menyaksikam detik‑detik GMT. "Saya beli baru ini helm kemarin memang khusus untuk GMT," ujarnya.
Peralatan unik yang digunakan pemburu GMT tak sampai disitu. Tribun sempat menemui Lisa, warga Gunung Sari yang datang bersama lima temannya sambil menenteng lembaran kertas film rontgen.
Terlihat masih lengkap dengan bungkus tertulis salah satu rumah sakit di Balikpapan. (m10/m19)