Gerhana Matahari Total
Setelah GMT, Hisab dan Rukyat Dimungkinkan Bersatu
Setelah melakukan penelitian akhirnya diketahui teori yang paling cocok dengan kejadian di lapangan adalah teori yang berasal dari NASA.
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN ‑ Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Kabupaten Gresik, Jawa Timur menuntaskan pengujian teori waktu selama peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) di Balikpapan, Rabu (9/3/2016).
Dewan Pakar LFNU Gresik Shulich Adaf menuturkan penelitian bertujuan untuk menguji kecocokan konjungsi waktu antara 31 teori yang biasa dipakai NU dengan kejadian GMT di lapangan.
Nantinya teori yang menunjukkan jam, menit, detik yang paling cocok ataupun mendekati, maka teori tersebut digunakan sebagai pedoman penghitungan waktu.
baca juga
Setelah melakukan penelitian akhirnya diketahui teori yang paling cocok dengan kejadian di lapangan adalah teori yang berasal dari NASA.
Shulich menjelaskan perbedaan waktu antara penelitian LFNU dengan NASA hanya berkisar 10 detik.
Perbedaan tersebut nantinya akan dikompilasikan antara penghitungan bulan Hijriyah dan Masehi, lantaran bersumber pada data dan referensi sama.
baca juga
"Akibatnya apa, ya kami semakin yakin penghitungan kita mendekati akurasinya. Pengaruhnya itu keyakinan masyarakat pada penelitian kita tersebut. Penelitian bisa dipertanggungjawabkan dengan gerhana tadi. Teori kitab yang lain‑lain itu akan ditinggalkan, atau nggak dipakai untuk masyarakat ke depan," jelasnya.
Penelitian tersebut juga memungkinkan bersatunya penghitungan hisab dan rukyat, yang selama ini menjadi perdebatan di Indonesia.
Pasalnya penelitian itu mempengaruhi penentuan jatuhnya hari raya. Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.
Sedangkan Rukyat adalah pengamatan penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak atau yang sering disebut hilal.
baca juga
"Pengaruhnya ya bagi ahli hisab jelas ketika hilal tertutup mendung, dengan keyakinan penghitungan tadi bagus dan tepat, ya Insyaallah nanti lama‑lama kita bisa bersatu antara hisab dan rukyat. Penelitian tersebut terhadap penentuan hari raya, itu tergantung dari segi sosial. Karena tiap lembaga dan organisasi itu berbeda," katanya.
Sementara itu terkait pengaruh penelitian tersebut dengan kemungkinan pergeseran kiblat, Shulich mengaku belum bisa menjelaskan, lantaran hasil penelitian belum disimpulkan.
Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa perbedaan selisih waktu antara satu pakar dengan pakar lainnya. Pihaknya masih harus mengolah semua data yang sudah didapat.
Pantauan Tribun, setelah menyelesaikan penelitian GMT di Kilang Mandiri, sore harinya LFNU Gresik dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Balikpapan mengadakan rukyat di Gunung Dubbs, Pertamina.
Wakil Ketua PCNU Kota Balikpapan Slamet mengatakan rukyat bertujuan mengamati hilal pada awal Jumadil Tsani, yakni penamaan bulan keenam dalam kalender Hijriyah.
"Jadi Rukyat atau pengamatan hilal tidak berarti hanya bisa dikhususkan untuk menentukan waktu puasa dan jatuhnya hari raya. Teman‑teman ini sudah melakukan rukyat lebih dari 20 kali dalam setahun. Karena fungsi rukyat itu untuk melihat awal bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya konjungsi," katanya. (*)