Renungan Paskah
Bangkit Bersama Memberantas Narkoba
Dalam kesaksiannya, si anak mengatakan ”Ketika kebutuhan akan ‘barang’ itu tidak bisa ditunda lagi, apa pun yang bisa saya ambil, saya ambil dan jual.
Lembaga kepolisian, khususnya BNN, dan lembaga pemerintah mulai dari tingkat pusat sampai daerah yang ditugaskan untuk menangani masalah itu, bahkan hukuman mati pun tidak menyurutkan usaha dan semangat pebisnis barang yang memang mendatangkan keuntungan besar itu.
Karena itu, celah sesempit dan kesempatan sekecil apa pun akan mereka manfaatkan dan masuki. Tidak mengherankan bahwa mereka yang diberi kepercayaan dan tugas untuk memberantasnya merasa kewalahan.
Meningkatnya usaha memberantas salah satu penyakit berbahaya dan menular itu akhir-akhir ini, bersamaan dengan masa persiapan umat Kristiani menyambut Hara Raya Paskah, yaitu hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atau Isa Almasih.
Telah adanya tema-tema yang digumuli selama masa persiapan itu, kiranya tetaplah perlu bagi umat Kristiani dan seluruh masyarakat menyadari bahaya dan ancaman besar itu dan bangkit bersama untuk berusaha memberantasnya.

PASKAH - Umat Katolik menyalakan lilin dalam perayaan Malam Paskah di Gereja Katedral Paroki Santa Maria Penolong Senantiasa, Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (26/3/2016). (TRIBUNKALTIM.CO/CORNEL DIMAS)
Salah satu cara antisipatif yang mesti dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan bersama di tingkat lingkungan paling dekat, yaitu keluarga.
Jangan sampai keluarga kita terkena karena kita kurang waspada.
Alasan Suci
Amatlah menarik menyimak salah satu sharing keluarga yang memiliki anak yang telah terbebas dari “penyakit” itu.
Tanpa curiga sedikit pun ibu yang sudah lama janda itu memberi uang kepada anaknya karena “alasan suci” yang disampaikan.
Setiap kali meminta uang, anak kesayangan itu mengatakan bahwa uang itu bukan hanya untuk keperluan dirinya, melainkan untuk menolong teman sekolahnya yang miskin dan sungguh membutuhkan bantuan.
BACA JUGA: Ratusan Umat Kristiani Ikuti Prosesi Jalan Salib
Sang ibu amat senang mendengar alasan itu dan bahkan berharap agar anaknya dengan cara itu akan menjadi orang yang peduli terhadap sesama yang menderita.
Muncullah tanda tanya ketika jumlah uang yang diminta dari waktu ke waktu meningkat.
Namun keraguan itu ditepisnya lantaran ia bisa mengerti bahwa dengan naik kelas, biaya sekolah pun meningkat.
Kecurigaannya bertambah ketika si anak mulai memaksakan kehendaknya dengan meminta jumlah uang yang kurang masuk akal, apalagi ketika permintaannya tidak dikabulkan ia mengambil barang di kamarnya dan menjualnya, bahkan sejumlah barang di rumah pun raib.