Destinasi

Mengenang Dahsyatnya Erupsi Merapi di Museum Sisa Hartaku

Sriyanto salah satu anak dari Watinem mencoba mengumpulkan sisa-sisa harta mereka yang rusak akibat letusan gunung Merapi.

Editor: Martinus Wikan
Tribun Jogja/Hamim Thohari
Museum Sisa Hartaku di Merapi 

"Saat itu kami punya empat ekor sapi, dan semuanya mati," ceritanya.

Koleksi yang tidak kalah menarik di museum tersebut adalah sebuah jam dinding yang menunjukan angka pukul 12 lebih 5 menit 40 detik hari Jumat 5 Nopember 2010.

Jam dinding yang ditemukan dalam posisi terbalik dibawah lapisan pasir merapi itu, mengabadikan saat awan panas menghancurkan kawasan ini.

Bekas rumah Sriyanto ini terbagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang tamu, ruang tengah, dan dua buah kamar.

Di salah satu ruangan, pengunjung dilarang untuk memotret isi dalam ruangan.

Di ruangan tersebut terdapat batu akik, keris, senjata cakra, benda pusaka lainnya milik suami Watinem yang telah meninggal.

Gitar, gamelan, dan juga keyboard yang rusak karena erupsi juga dapat pengunjung saksikan di tempat ini.

"Dulu rumah ini juga dijadikan sebagai sanggar seni, sehingga gitar, keyboard, hingga gamelan," tambah Watinem.

Museum Mini Sisa Hartaku, saat ini menjadi tujuan wajib bagi wisatawan yang melakukan perjalanan wisata lava tour.

Setiap harinya tempat ini selalu ramai oleh pengunjung.

Meskipun demikian, pengunjung digratiskan untuk menikmati museum ini, hanya ada sebuah kotak dimana pengunjung bisa menyisihkan uang seikhlasnya untuk biaya perawatan.

Saat ini Watinem dan keluarganya tinggal di lokasi huntap (hunian tetap) yang berada di Dusun Glagah Wero, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.

Lokasi dimana museum Mini Sisa Hartaku berada saat ini dilarang untuk ditempati.(*)

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hamim Thohari

***   Klik Juga Ikonnya

tribun fb

tribun twiter

Youtube tribun

BBM Chanel


Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved