Milisi Abu Sayyaf
Betapa Mencekamnya Detik-detik Pembajakan Tugboat Henry, Ini Cara Yohanis Selamatkan Diri
Peristiwa itu tentunya sangat mengerikan bagi Yohanis dan para ABK TB Henry. Mungkin tidak akan pernah dilupakan.
Penulis: tribunkaltim |
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN ‑ Yohanis Serang, salah satu awak kapal (ABK) TB Henry yang selamat dari sergapan kelompok bersenjata Abu Sayyaf tidak henti‑hentinya mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Yohanis bersama empat ABK lainnya berhasil menyelematkan diri dari kepungan kelompok Abu Sayyaf saat pembajakan di perairan Filipina-Malaysia.
"Saya sangat bersyukur sekali sama Tuhan bisa selamat dari kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Ini jalan Tuhan saya bisa selamat dan saya diberikan kesempatan sama Tuhan untuk bertemu dengan anak‑anak dan istri saya," ungkap Yohanis saat ditemui Tribun di rumahnya, Sabtu (23/4/2016).
Peristiwa itu tentunya sangat mengerikan bagi Yohanis dan para ABK TB Henry. Mungkin tidak akan pernah dilupakan.
Di hadapan sejumlah wartawan yang mendatangi rumahnya di Jl Aki Balak RT 61 Kelurahan Karang Anyar, Tarakan Barat, Yohanis menceritakan kejadian pembajakan kelompok Abu Sayyaf di Kapal TB Henry yang menarik tongkang Christy.
Baca juga:
Lima ABK Tugboat Henry Segera Dipulangkan ke Keluarga
Sebelum Turun dari Kapal, ABK TB Henry yang Selamat Diperiksa Kesehatan
Sudah Sampai Tarakan, Yohanis Bilang Tiga Hari Lagi Baru Bisa Pulang ke Rumah
Ketika itu, menjelang senja sekitar pukul 18.30 Wita, Kapal TB Henry dengan kecepatan 40 knot segera berlabuh melewati perjalanan perairan Filipina‑Malaysia atau sekitar Tawi‑Tawi. Kapal yang tidak bermuatan ini dalam perjalanan dari Filipina menuju Tarakan,Kaltara.
Di dalam Kapal TB Henry terdapat 10 awak kapal. Mereka saat itu ada sedang isirahat di kamar. Ada juga yang mandi, mencuci pakaian, nonton televisi, makan, hingga membuat kopi di dapur. Saat itu posisi Yohanis Serang membuat kopi di dapur.
Usai membuat kopi, Yohanis naik ke dek kapal untuk mengambil pakaian yang dijemur. Nah saat naik di dek kapal, dari lambung kiri kapal, terlihat ada speedboat yang mendekati kapalnya.
"Melihat ada kapal yang mendekat saya teriak sama teman‑teman, 'ada Abu Sayyaf, ada Abu Sayyaf'. Tapi teman‑teman di kapal tidak percaya kalau ada kelompok Abu Sayyaf. Beberapa teman langsung naik ke atas. Saat itu tiba‑tiba lima orang bersenjata laras panjang sudah naik ke kapal," tuturnya.
Lima orang yang membawa senjata laras panjang dengan pakaian loreng tua warna agak pudar tanpa penutup wajah bicara dengan logat Melayu.
"Turun..turun..turun!" bentak salah seorang anggota bersenjata sambil mengacungkan senjata. Mereka langsung melakukan tembakan hingga enam kali dengan posisi senjata mengarah bawah lantai kapal.
Mendengar suara tembakan tersebut, para awak kapal ketakutan. Mereka langsung lari bersembunyi, termasuk Yohanis lari ke arah kamar dan sempat bersembunyi.
Merasa takut di kamar sendirian, Yohanis lari ke kamar nakhoda. Di sana sudah ada nakhodanya Moch Ariyanto Misnan bersama kedua rekannya.
Namun, tak lama kemudian, kelompok bersenjata masuk ke kamar nakhoda. Yohanis dan keempatnya disuruh keluar ke geladak kapal. Sebanyak 10 awak kapal dikumpulkan di geladak sambil kedua tangan berada di atas kepala. Saat dikumpulkan, salah satu anggota kelompok Abu Sayyaf melihat handphone Yohanis diletakkan di dalam kantong celana.
Handphone Yohanis pun langsung diambil. Melihat lima orang kelompok Abu Sayyaf sibuk memeriksa rekan‑rekannnya, Yohanis lari melalui pintu darurat yang bentuknya kotak.
Di pintu darurat itulah Yohanis yang memiliki tubuh agak kecil langsung memasukkan kakinya dan langsung menurunin anak tangga. Dari pintu darurat, dia menuju kamar mesin dengan cara merayap.
Di dalam kamar mesin inilah, Yohanis tengkurap selama 10 menit. Setelah tidak lagi terdengar suara keributan, dengan memberanikan diri, Yohanis keluar dari kamar mesin naik ke atas kapal.
Dia pun kaget melihat temannya Lambas Simanungkalit bersimbah darah di bagian dada sebelah kiri. Lambas ditolong temannya, Royke Fransy Montelelu. Saat itu Lambas memegang dada sebelah kirinya yang tertembak agar darah tidak banyak keluar.
"Saya tidak tahu bagaimana Lambas bisa tertembak. Waktu saya naik ke atas Lambas teriak minta tolong diambilkan kain untuk menutup lukanya supaya tidak kehabisan darah. Lambas juga minta kami memanggil kapal patroli meminta pertolongan melalui radio di kapal," ujarnya.
Sekitar 30 menit, Polisi Maritim Malaysia datang membantu. Sebelum membantu, terlebih dahulu Polisi Malaysia menyenter nama kapal untuk memastikan Kapal TB Henry yang meminta pertolongan.
Setelah memastikan benar TB Henry, polisi Maritim mendekat dan mengevakuasi enam awak kapal selamat ke atas kapal patroli Malaysia.
Lambas yang luka tertembak terlebih dahulu dievakuasi, dan selanjutnya lima awak kapal. Mereka dievakuasi dan dibawa ke Lahad Datu Malaysia. Sedangkan Lambas dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Kapal TB Henry beserta tongkang Christy dibawa ke Lahad Datu Malaysia.

Selama di Lahad Datu, awak kapal diberikan makanan dan minum oleh Polisi Maritim Malayia.
"Mereka sangat baik sekali membantu kami. Terus terang sampai saat ini saya sangat trauma kalau mengingat peristiwa di aata kapal yang dibajak kelompok Abu Sayyaf," ungkap Yohanis.
Saat ditanya, apakah benar yang membajak kelompok Abu Sayyaf, Yohanis menyatakan tidak mengetahui secara pasti. Pasalnya, kelompok tersebut tidak bilang Abu Sayyaf.
"Hanya saja kami sesama awak kapal sudah tahu kalau masuk Perairan Tawi‑Tawi hati‑hati dengan kelompok Abu Sayyaf," tuturnya.

Dipulangkan
Lima awak kapal (ABK) TB Henry akhirnya tiba di Kota Tarakan, Sabtu (23/4/2016) dini hari. Mereka berangkat dari Lahad Datu Malaysia menuju Tarakan dikawal dua KRI milik TNI AL, yakni KRI Mandau dan KRI Ahmad Yani.
Komandan Lantamal XIII Tarakan, Laksamana Pertama Wahyudi H Dwiyono menjelaskan, kedatangan kapal TB Henry dari Malaysia berlangsung aman hingga tiba di Indonesia.
Alasan dua KRI mengawal kapal TB Henry supaya ada jaminan keamanan bisa tiba di lokasi tujuan dengan selamat. Lagipula, KRI Mandau dan KRI Ahmad Yani secara kebetulan berjaga di garis perbatasan.
Saat ditanya sikap TNI terkait sisa awak kapal yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf, Wahyudi mengatakan sejauh ini masih tahap negosiasi yang dilakukan Kementerian Luar Negeri dengan pemerintah Filippina.
Selain lima ABK, terdapat satu nakhoda Kapal Tugboat Henry yang didatangkan dari Jakarta, utusan perusahaan PT Global Trans Energy Internasional.
Nakhoda TB Henry yang sebenarnya masih disandera kelompok Abu Sayyaf.
Perjalanan TB Henry bersama tongkangnya Christy berangkat dari Jeti Lahat Datu Malaysia, Kamis (21/4/2016) pada pukul 11.30.
Saat berlayar dari Lahat Datu Malaysia ke perbatasan dikawal kepolisian Malaysia dan disaksikan Konjen Luar Negeri Republik Indonesia. Kemudian tidak lama berselang, tiba selamat di perbatasan, diterima oleh dua KRI TNI AL. (jnh/ami/m04)