Breaking News

Abrasi Robohkan Tiga Bangunan, Samsuddin Pilih Bertahan di Bagian Rumah yang Tersisa

Mereka nekat masih menempati bangunan dimaksud sambil menunggu mendapatkan lokasi baru untuk pindah.

TRIBUN KALTIM / NIKO RURU
Bangunan yang ambruk akibat abrasi di Desa Sungai Manurung, Kecamatan Sebatik. 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru

TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Abrasi akibat pengikisan pantai oleh gelombang laut di Pulau Sebatik telah mengancurkan sejumlah bangunan.

Tak hanya di Desa Tanjung Aru, Kecamatan Sebatik Timur, abrasi juga telah menghancurkan sejumlah bangunan di Desa Sungai Manurung, Kecamatan Sebatik.

Sedikitnya tiga bangunan hancur akibat abrasi di Desa Sungai Manurung.

Samsuddin, salah seorang pemilik rumah mengatakan, dalam sebulan terakhir pengikisan pantai lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

“Musim hujan kan? Ini saja rumah kami tinggal bagian depan saja tersisa," kata Samsuddin, Senin (24/10/2016).

(Baca juga: Demi Mempertegas NKRI di Perairan Ambalat, TNI AL Rutin Ganti Bendera Merah Putih)

Rumah yang didiami Samsuddin hanya tersisa pada bagian depan. Tak lebih lima meter bangunan yang tersisa akibat tanah tempat berdirinya bangunan dihantam abrasi pantai. Sementara kamar mandi dan dapur telah hancur terbawa longsor.

Sisa bangunan itupun masih ditempati Samsuddin. Pada sisa reruntuhan bangunan itu, Samsuddin tinggal bersama istri dan kedua anaknya.

Mereka nekat masih menempati bangunan dimaksud sambil menunggu mendapatkan lokasi baru untuk pindah.

"Terpaksa saya tinggal di sini. Sekarang saya masih mencari lokasi untuk dipakai membangun,"katanya.

Selain rumah milik Samsuddin, bangunan milik Senong juga rusak. Bangunan yang yang baru selesai direhabilitasi dua tahun lalu itu hanya meninggalkan rangka bagian teras.

Samsuddin mengatakan, bangunan milik Senong roboh perlahan-lahan.

“Sudah lama dibuat siring, tetapi air menggerus lewat bawah. Jadi ambruk pelan- pelan itu bangunan,” katanya.

Satu bangunan bengkel berukuran 4x6 meter juga ikut ambruk. Hanya tersisa bagian depan bangunan akibat abrasi ini.

Abrasi juga terjadi di Tanjung Aru. Setidaknya setiap tahun 5 meter daratan di pinggir pantai Pulau Sebatik hilang tergerus abrasi.

Derasnya hantaman ombak dari Laut Sulawesi menyebabkan daratan di pulau yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini terus mengecil.

Haji Ali Karim seorang tokoh masyarakat Sebatik mengatakan, abrasi paling parah terjadi sejak awal tahun 1990-an. Sejak saat itu hingga kini sudah lima shaf rumah penduduk tergilas abrasi di Tanjung Aru.

Pohon kelapa dan pohon buah milik warga juga ikut roboh. Puluhan rumah lainnya terancam roboh, bahkan sejumlah rumah mulai ditinggalkan penghuninya.

"Kalau tidak ada perhatian pemerintah, bisa hilang terus daratan di sini," ujarnya.

Samsuddin mengatakan, sampai saat ini belum ada upaya pemerintah untuk mengatasi abrasi yang menyebabkan bangunan miliknya hancur.

"Belum ada kalau pemerintah bilang bagaimana-bagaimana?” ujarnya.

Dia memperkirakan, tiga bangunan yang hancur itu memiliki nilai sekitar Rp 800 juta. (*)

***
Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM
Perbarui informasi terkini, klik  www.TribunKaltim.co
Dan bergabunglah dengan medsos:
Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co,  follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved