Ledakan Bom di Samarinda

Rekam Jejak Pelaku Bom Oikumene: Ulil Abshar hingga Ahmad Dhani Pernah jadi Sasarannya

Setelah bebas dari penjara, JO bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kalimantan Timur.

Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Anggota Gegana Brimob memeriksa paket yang dicurigai berisi rangkaian bom di halaman komplek Kantor Berita 68H, Utan Kayu, Jakarta Timur, Kamis (17/3/2011). 

TRIBUNKALTIM.CO - Untuk kesekian kalinya Indonesia dilanda teror bom.

Kali ini sasarannya justru kota yang dikenal kondusif, yakni Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.

Bom berdaya lendak rendah meledak di halaman parkir Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Samarinda Seberang, pada Minggu (13/11/2016) sekitar pukul 10.10 Wita. Tepat saat jemaat gereja berdoa.


Sepeda motor yang terparkir di depan gereja terbakar akibat ledakan bom, Minggu (13/11/2016). (TribunKaltim.co/Anjas Pratama)

Empat anak menjadi korban dalam ledakan tersebut, masing-masing Intan Olivia Marbon (2,5), Triniti Hutahayan (4), Alfaro Sinaga (5), dan Anita (4).

Dari keempat bocah, kondisi Intan adalah yang terparah. Hingga Senin (14/11/2016) pagi, nyawanya tak tertolong lagi.

Tim medis di Rumah Sakit IA Moeis Samarinda tak bisa berbuat banyak karena bocah Intan telah pergi untuk selama-lamanya.


Foto balita Intan Olivia (2) korban ledakan bom di depan Gereja Oikumene yang terpasang di rumah duka, Senin (14/11/2016). (FOTO: TribunKaltim.co/Anjas Pratama)

Tragedi itu sontak membuat masyarakat Indonesia berduka.

Tagar #RIPIntan seketika jadi trending topik nasional di jagad Twitter.

Masyarakat di dunia maya ramai-ramai mengucapkan belasungkawa dan mengutuk aksi pengeboman tersebut.

Aparat kepolisian telah mengantongi identitas pelaku pelemparan bom.

Pelaku bom atas nama Joh alias Jo Bin Muhammad Aceng Kurnia (32).

"Pelaku pernah menjalani hukuman pidana sejak tanggal 4 Mei 2011," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Div Humas Mabes Polri, Brigjen Agus Rianto, kepada wartawan Minggu (13/11/2016).

Hukuman pidana berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat nomor: 2195 /pidsus/2012/PNJKT.BAR tanggal 29 Februari 2012 dengan hukuman 3 tahun 6 bulan kurungan.


Joh alias Jo Bin Muhammad Aceng Kurnia (kanan), menjalani sidang dakwaan kasus bom buku dan Serpong di PN Jakarta Barat, Senin (31/10/2011). (FOTO: TRIBUNNEWS.COM/ABDUL QODIR)

JO dinyatakan bebas bersyarat setelah mendapatkan remisi Idul Fitri tanggal 28 Juli 2014.

"Saat ini pelaku sudah diamankan di Polresta Samarinda," kata Agus Rianto.

Setelah bebas dari penjara, JO bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kalimantan Timur.

Usut punya usut, JO merupakan mantan napi bom Puspiptek Serpong, anak buah Pepy Vernando.


Tersangka terorisme bom Serpong dan bom buku, Pepi Fernando (tengah) dengan pengawalan ketat petugas saat meninggalkan Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (15/12/2011). (FOTO: Tribunnews/Herudin)

Dari catatan Kompas.com, peledakan bom di kawasan sekitar Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong terjadi pada 18 Maret 2011.

Bom itu meledak di gorong-gorong sekitar 100 meter dari kawasan Puspiptek.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, hulu ledak benda itu lumayan dahsyat.

Tragedi Bom Buku 

Tragedi bom Puspiptek merupakan rangkaian teror bom buku di Jakarta yang juga didalangi Pepy Vernando.

Pada 16 Maret 2011, tiga paket bom yang sama beredar dan ditujukan kepada orang yang berbeda.

Paket bom pertama ditujukan kepada aktivis Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar-Abdall.

Bom yang dibukungkus dalam sebuah buku itu dikirim ke Komunitas Utan Kayu di Jalan Utan Kayu Nomor 68 H, Jakarta. Paket diterima pukul 10.00 WIB.

Naas, sore hari bom itu meledak saat hendak dijinakkan Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Timur Kompol Dodi Rahmawan. Lima orang terluka, termasuk Dodi yang tangan kirinya putus.

Berikut ini video detik-detik ledakan di Utan Kayu:

Bom kedua beredar sore hari. Sekitar pukul 16.00, seseorang mendatangi rumah Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP) Yapto S Soerjosoemarno dan menyerahkan sebuah bungkusan kepada petugas keamanan di rumah itu.

Yapto yang tiba di rumah pada pukul 19.00 curiga dengan paket tersebut dan menghubungi polisi.

Paket itu ternyata berisi bom dan berhasil dijinakkan dengan cara diledakkan oleh tim Gegana.

Selanjutnya, sekitar pukul 21.30, paket bom juga dikirim ke Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Jakarta.

Paket bom ditujukan kepada Kepala Pelaksana Harian BNN Komjen Pol Gorries Mere. Pasukan Gegana menjinakkan bom dengan cara meledakkannya. 

Paket buku berisi bom yang dikirimkan ke tiga tempat kemarin memiliki kemiripan. Judul buku, nama, maupun alamat pengirim sama. 

Buku setebal 412 halaman dengan judul "Mereka Harus Dibunuh karena Dosa-dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin" dilobangi bagian tengahnya dan disisipi bom.

Pengirimnya tertulis Drs. Sulaiman Azhar, Lc Alamat: Jl Bahagia Gg Panser No 29 Ciomas Bogor Telp 0813 3222 0579.

Polisi tidak menemukan alamat yang dimaksud. Nomor telepon yang tercantum pun tidak bisa dihubungi.

Dhani juga Nyaris jadi Korban


Ahmad Dhani dan isi surat bom buku yang diterimannya. (Kompas.com)

Sehari sebelumnya (15 Maret 2016), musisi Ahmad Dhani juga mendapatkan teror bom buku yang dialamatkan ke kantor Republik Cinta Management di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan. 

Bom buku ini diterima pada 15 Maret 2011, tetapi baru dilaporkan pada 17 Maret 2011 disebabkan Ahmad Dhani tidak ada di tempat.

Bedanya, buku yang dikirimkan ke alamat Dhani berjudul "Militan Yahudi", terbungkus plastik, mirip buku baru.

Kemudian terdapat surat untuk Achmad Dhani.

Dalam surat tersebut, Dhani diminta membuat pengantar buku berjudul "Militan Yahudi".

Dhani yang membaca surat dan mendapat laporan anak buahnya curiga langsung menghubungi pengirim paket tersebut yakni Alamsyah Muchtar Sos yang beralamatkan Jl Darmaga No 21, Bogor.

Namun handphone yang tecantum selalu mati dan mailbox.

Ibu Ahmad Dhani yang takut paket tersebut adalah bom, langsung menelepon Polda Metro Jaya untuk melaporkan paket mencurigakan.

Bom buku ini diledakkan oleh tim Gegana sebagai langkah pengamanan.

(Sumber: TribunKaltim.co/Tribunnews.com/Kompas.com)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved