PLTU Batubara Teluk Balikpapan Masuki Masa Pengujian
Khusus di Kaltim, yang sekarang sudah jalan pembangkit listrik uap dari batubara yang ada di Embalut Kota Samarinda.
Penulis: Budi Susilo |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Sampai saat ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kalimantan Timur masih sangat bergantung pada sumber energi dari batubara.
Tahun ini saja, perusahaan plat merah ini sedang melakukan pengujian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari batu bara di Teluk Balikpapan.
Hal itu diungkapkan, General Manager PLN wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Tohari Hadiyat, kepada Tribunkaltim.co usai meresmikan penancapan tiang listrik di Pondok Pesantren Dua Hidayatullah Gunung Binjai, Kota Balikpapan pada Selasa (6/12/2016).
Ia menjelaskan, penggunaan batubara masih favorit dibandingkan menggunakan tenaga bahan bakar dari solar yang dianggap sangat boros dan tidak efisen.
"Pasokan batubara masih bisa terjaga. Masih pas," tuturnya.
Berangkat dari pengalaman itu, PLN masih mengandalkan batubara sebagai bahan pokok pembangkit listrik ketimbang memakai solar.
Khusus di Kaltim, yang sekarang sudah jalan pembangkit listrik uap dari batubara yang ada di Embalut Kota Samarinda.
Belakangan ini, PLN sekarang sedang berupaya membangun lagi pembangkit uap dari batubara di Teluk Balikpapan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Utara, dengan kapasitas 2 x 110 MW.
"Lagi tahap pengujian. Kalau sudah bagus, bisa dioperasikan," tegasnya.
Berdasarkan targetnya, awal tahun 2017 pembangkit listrik tenaga uap dari emas hitam ini akan beroperasi untuk mentransfer listrik ke seluruh Provinsi Kalimantan Timur.
"Akan dikomersilkan. Bukan hanya untuk kawasan industri atau perumahan penduduk saja," kata Tohari.
Namun tegasnya, penggunaan batu bara itu hanya bersifat jangka pendek. Upaya yang tengah dilakukan PLN sedang melakukan penggunaan energi alternatif yang dikenal ramah lingkungan dan efisen.
"Batubara kan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Suatu saat nanti habis. Kita akan pakai dari tenaga surya atau angin," tutur Tohari yang kala itu mengenakan baju koko putih. (*)