Sindrom Patah Hati Itu Ada dan Nyata, Risikonya Dapat Memperpendek Usia Lho. . .

"Sindrom patah hati itu ada dan nyata," ujar asisten kepala psikiatri di Zucker Hillside Hospital New Hyde Park, New York, Dr Scott Krakower.

Editor: Amalia Husnul A
Ilustrasi 

Gejala sindrom patah hati mirip dengan serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.

Bedanya adalah orang yang terkena sindrom patah hati belum tentu mengalami kerusakan jantung atau ada sumbatan pembuluh darah di jantung.

Krakower menjelaskan, sindrom patah hati diduga menyebabkan masalah kesehatan karena tingkat hormon stres yang berlebihan setelah patah hati.

Menurutnya, tidak jelas berapa banyak serangan stroke akibat sindrom patah hati. Tetapi, dalam literatur yang ada terdapat beberapa kasus yang pernah dilaporkan.

Krawoker pun meminta siapa pun yang kehilangan seseorang yang dicintai untuk mengungkapkan perasaan sedihnya, jangan memendamnya di dalam hati.

Apabila mengalami masalah kesehatan pada tubuh setelah kehilangan seseorang yang dicintai, pergilah ke dokter untuk menjalani pemeriksaan kesehatan tubuh. (Dian Maharani)

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved