Pilgub Jawa Tengah
Jelang Pilgub, Gus Mus Ingatkan tak Perlu Berlebihan Seolah-olah Sampai Hari Kiamat
Gus Mus menuturkan, masyarakat Jawa Tengah sekarang harus belajar dari pengalaman pilkada yang sudah berlangsung di daerah lain
TRIBUNKALTIM.CO, MAGELANG - Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri ( Gus Mus) mengimbau masyarakat agar menyikapi Pilkada Jawa Tengah yang bakal digelar 2018 secara tidak berlebihan.
"Masalah pilkada itu masalah lima tahunan, tetapi disikapi secara berlebih-lebihan, seolah-olah sampai hari kiamat," kata Gus Mus di Magelang, Sabtu (6/5/2017) malam.
Ia mengatakan hal tersebut di sela Haul ke-23 KH Asrori Ahmad dan khataman di Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Wonosari, Tempuran, Kabupaten Magelang.
Gus Mus menuturkan, masyarakat Jawa Tengah sekarang harus belajar dari pengalaman pilkada yang sudah berlangsung di daerah lain sehingga mempunyai bekal untuk menyikapinya.
"Kalau masyarakat Jateng juga menyikapi secara berlebihan berarti kita tidak belajar dari pengalaman. Jadi jangan berlebihan menyikapinya," kata dia.
Baca: Soal Deklarasi Maju Pilkada Jateng 2018, Ini Kata Ganjar Pranowo
Baca: Menang Pilgub Jateng, Ganjar Pranowo Segera Mundur dari DPR
Gus Mus mengatakan, dalam kehidupan ini sebaiknya kembali pada "wejangan" para sesepuh dulu, hidup itu sederhana saja.
"Dalam bersikap apa saja, semuanya bersikap sederhana. Makan, minum, termasuk senang dan benci jangan berlebihan." kata dia.
Ia mengatakan, yang menyebabkan sesuatu menjadi masalah itu kalau disikapi secara berlebih-lebihan, terutama kalau berlebihan dalam membenci atau menyukai.
Ia mencontohkan dalam menyukai partai, kalau berlebih-lebihan justru tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Apalagi kalau kita membenci. Memang sedapat mungkin kita tidak membenci, tetapi yang namanya manusia itu mesti ada senang dan benci," ujar Gus Mus.
Baca: Kritik Gus Mus soal Ulama yang Pimpin Demo: Ini Aneh Sekali
Baca: Gus Mus: Aneh, Ulama kok Jadi Pemimpin Demo
"Kalau berlebih-lebihan terutama dalam menyukai atau membenci pasti kita tidak bisa adil, tidak bisa berpikir lurus, tidak bisa objektif," tuturnya.