Derita Warga Pegat Batumbuk, Punya Hunian tanpa Kuburan hingga Melahirkan di Atas Speed Boat
Pun demikian halnya dengan persoalan listrik. Selama puluhan tahun warga di kampung ini merasakan hidup gelap gulita.
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
Kini warga sudah bisa merasakan listrik dari pukul 18.00 - 01.00 dini hari.
Listrik ini bersumber dari genset yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Tiap bulan warga mengumpulkan iuran yang disetor ke BUMDes untuk mengongkosi bahan bakar dan operasional listrik.
Setidaknya lewat gagasan ini, warga sedikit bernafas lega melihat rumah-rumahnya terang benderang di malam hari.
Terisolir karena Dikepung Air
Tak banyak yang tahu letak kampung Pegat Batumbuk, juga tak banyak informasi tentang kondisi daerah ini.
Sebab, tempat ini memang jauh dari berbagai akses, tak ada fasilitas listrik PLN, transportasi darat, jaringan telepon dan internet, dll. Singkatnya, kampung ini masuk dalam kategori terpencil.
Secara geografi, kampung Pegat Batumbuk terletak pada 1170 48' 26,85" sampai 117049' 53,1" BT dan antara 20 6' 40,62" sampai 2 5' 50,91" LU.
Kampung ini memiliki luas wilayah 547,18 kilometer persegi. Berjarak lebih dari 20 km dari ibu kota kecamatan, dan sekitar 35 km dari Tanjung Redeb ibu kota Kabupaten Berau.
Kampung ini merupakan kawasan pantai yang terdiri dari tiga belas gugusan delta di Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau.
Baca: Rombongan Manusia Perahu Datang Lagi, Sebenarnya Siapa dan Dari Mana Mereka?
Saat ini tercatat ada 236 Kepala Keluarga (KK) dan 858 jiwa yang menghuni kampung ini.
Semua warga mendirikan rumah di atas air karena di kampung ini tidak ditemukan daratan.


Pekerjaan warga di kampung ini rata-rata adalah nelayan.
Pada awalnya warga Pegat mayoritas pendatang dari daerah luar Kabupaten Berau di antaranya dari Sulawesi (suku Bugis) dan Nusa Tengara Timur (suku Sasak).