Bunda Harus Waspada! Inilah Fakta Meninggalnya Bayi 'Mbul', Penyakit Ini Bisa Sebabkan Kematian

Muhamad Khaleef Albarra meninggal dunia sebab penyakit pertusis, tapi apa sebenarnya penyakit pertusis . . .

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi 

TRIBUNKALTIM.CO - Curhatan seorang ibu dalam akun Facebook dengan nama Putri masih terus mencuri perhatian warganet.

Kisah kasih ibu kehilangan buah hatinya yang masih berusia 5 bulan tersebut membuat hati teriris.

Muhamad Khaleef Albarra meninggal dunia sebab penyakit pertusis.

Bayi mungil ini memiliki mata yang bulat, badannya gemuk, berpipi tembem dan menggemaskan.

Mbul
Mbul (Facebook)

Tak salah jika si ibu memberinya panggilan kesayangan 'Mbul'.

Sehari setelah kepergian Mbul, Putri tak dapat membendung rasa rindu kepada buah hatinya.

Baca: Bayi Mbul Meninggal Dunia, Curhatan Ibu Sukses Bikin Mewek Para Bunda, Ikhlaskanlah Kepergiannya

Mbul meninggal pada hari Senin (21/8/2017) kemarin. Putri pun mulai menulis status demi status untuk anak ketiganya tersebut.

Rindu akan tangisan Mbul, Putri masih mencoba mengikhlaskan hatinya meskipun belum mampu.

Putri masih merasa kepergian putranya adalah mimpi, apalagi Mbul masih usia menyusui ASI.

Kembali Putri menuliskan kesedihannya dalam status yang ia unggah pada Selasa (22/8/2017) pukul 15.00 WIB.

Masuk rumah sepi bgt, rasanya terlalu asing
Biasanya ada tangisan dia
Stiap pojok ruangan liat pempers ,liat tempat bedak,stroler ,bouncher yg biasa dia naikin
ke lemari liar gendongan yg biasa dia pake
,ke kamar liat bantal dan selimutnya
Ke kamar mandi liat baby bather nya jg
Isi galeri foto dia smua...
ASI mama udh rembes nak udh bengkak
km haus ya nak
Ya allah nyesek nya
Sudah sering meyakinkan hati untuk ikhlas tapi ternyata tak semudah itu
Masih berharap ini mimpi
Bangunkan dr mimpi buruk ini ya allah

(Facebook)

Warganet pun merespon dengan perasaan sedih, bahkan ada yang memiliki pengalaman yang sama.

Komentar demi komentar dari warganet merupakan doa yang dipanjatkan untuk Mbul.

Baca: Jangan Kaget Dengar Suaranya, Ternyata Balikpapan Punya Musisi Berbahaya

Tak sedikit pula yang berusaha menguatkan Putri agar mengikhlaskan kepergian Mbul.

Fajar Sari Prihatini: "Ya allah... pas baca ini pas lagi di depan si kecil yg juga baru 3 bulan. Air mata ngucur terus. Rasanya ikut ambless hatinya. Baru sadar kalo aku selama ini masih kurang protect sama anak dr asap rokok, orang batuk dan polusi yg lain. Semoga bunda selalu diberi ketabahan, adek aleef udah bahagia sama allah. Kisah bunda menjadi pelajaran buat kami semua."

Nopianti Astuti: "Sabar ya mba sayang . Dd nya udh di surga . Semoga Allah selalu menguatkan mba dan keluarga .. saya ikut berduka cita."

Rumini Suwarno: "Aku juga mengalaminya di saat lagi lucu2 nya di umur dia baru mau menginjak 3 tahun . Yg maha memiliki memintanya. Kita hanya di titipin. Memang mulut ikhlas tapi bagi seorang ibu hati sangat berat. Kita sama sama berjuang untuk ikhlas ya."

Fitri Juliati: "ga terasa air mata ini ngalir sendiri turut berduka yah Bun sabar slalu ,saya juga punya bayi jadi ingat saat dia Batuk dirawat sampai 3 rumah sakit, saya ngerti perasaan ibu semoga dedenya ditempatkan ditempat terindah amiiin..."

Tapi apa sebenarnya penyakit pertusis yang menyerang Mbul hingga menyebabkan pada kematian?

Dilansir dari alodokter.com batuk rejan atau pertusis adalah infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran pernapasan yang mudah sekali menular.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (THINKSTOCKPHOTOS)

Batuk rejan sempat dianggap penyakit anak-anak saat vaksin pertusis belum ditemukan. Sebenarnya batuk rejan juga dapat diderita orang dewasa.

Namun, penyakit ini dapat mengancam nyawa bila terjadi pada lansia dan anak-anak, khususnya bayi yang belum cukup umur untuk mendapat vaksin pertusis.

Penyakit ini punya ciri rentetan batuk keras terus menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Seseorang bisa menderita batuk rejan hingga tiga bulan lamanya, sehingga penyakit ini juga biasa disebut “batuk seratus hari”.

Baca: 6 Fakta Menarik dari Irene, si Cantik yang Suaranya Merdu Banget, Ssst ada Bocoron Tipe Cowoknya

Batuk rejan bisa membuat penderita kekurangan oksigen dalam darahnya. Selain itu dapat terjadi berbagai komplikasi, misalnya pneumonia. Bahkan penderita batuk rejan bisa secara tidak sengaja melukai tulang rusuk mereka karena batuk yang sangat keras.

Batuk rejan dapat menyebar dengan cepat dari orang ke orang. Maka dari itu, vaksin pertusis diperlukan untuk mencegah seseorang terkena batuk rejan.

Lantas bagaimana penangan batuk rejan pada bayi?

Bayi dan anak-anak yang mengalami batuk rejan akan ditempatkan di ruang isolasi untuk menghindari penyebaran infeksi. Pengobatan utama yang diberikan adalah antibiotik untuk melawan bakteri penyebab infeksi.

Kortikosteroid akan diberikan untuk mengatasi peradangan pada saluran napas. Baik antibiotik dan kortikosteroid bisa diberikan melalui infus. Sungkup okasigen dapat diberikan untuk membantu pernapasan.

Bayi dan anak-anak dengan batuk rejan yang cukup parah bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru mereka. Penanganan khusus di rumah sakit akan berkonsentrasi pada pemakaian alat bantu pernapasan (ventilasi) dan pemberian obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah mereka dengan obat-obatan.

Baca: Kenal Langsung dengan Irene, Cewek Cantik Asal Balikpapan yang Punya Suara Merdu Abis

Pada keadaan yang lebih parah, dapat dilakukan Oksigenasi Membran Ekstrakorporeal (ECMO=extracorporeal membrane oxygenation), dimana oksigen akan langsung dialirkan ke tubuh tanpa melewati paru-paru.

Penyembuhan batuk rejan yang membutuhkan penanganan khusus, harus dibarengi pula dengan pencegahannya.

Begini cara pencegahannya pada bayi yang dikutip dari alodokter.com

Vaksinasi pertusis adalah cara terbaik untuk mencegah batuk rejan. Biasanya dokter memberikan vaksin pertusis bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT) dan Hib. 

Berikut ini adalah jadwal vaksinasi untuk pertusis:

Pada usia 2 bulan.
Pada usia 4 bulan.
Pada usia 6 bulan.
Pada usia 1,5 sampai 2 tahun.
Pada usia 5 tahun.

Vaksin pertusis sangat aman, namun terdapat beberapa efek samping yang muncul setelah vaksinasi, seperti rasa nyeri, kulit memerah, dan pembengkakan pada bagian yang disuntik. Kemungkinan bayi juga akan menjadi mudah marah, demam, dan sering menangis. 

Ibu hamil juga perlu mendapatkan vaksinasi pertusis. Mendapatkan vaksinasi pertusis saat hamil membantu melindungi bayi terserang batuk rejan pada minggu-minggu awal usai kelahiran.

Vaksinasi pertusis akan ditawarkan pada semua wanita hamil saat usia kehamilan mereka antara 28-38 minggu.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved