Warga Positif Kaki Gajah Bebas Berkeliaran, Camat Khawatir Penyebaran Penyakit Meluas
Camat Tanjung Palas Tengah Khoirul menyampaikan bahwa baru-baru ini, salah seorang warganya yang tinggal di Desa Salimbatu, sudah dinyatakan positif
Penulis: Doan E Pardede | Editor: Amalia Husnul A
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM. CO, TANJUNG SELOR - Sosialisasi dan Advokasi Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) Kabupaten Bulungan tahun 2017 kembali digelar di Ruang Serbaguna Kantor Bupati Bulungan, Jalan Jelarai, Tanjung Selor, Selasa (29/8/2017).
Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Bulungan Sudjati, Kepala Kejaksaan Negeri Bulungan Gunawan Wibisono, Kapolres Bulungan AKBP M Fachry, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan Idewan Budi Santoso, para Camat di Kabupaten Bulungan dan sejumlah undangan lainnya.
Baca: Anjing Ini Ditinggal Begitu Saja di Tengah Badai, yang Terjadi Selanjutnya Mengharukan
Baca: Hujan Deras, Pekarangan Rumah Eko Longsor Parah
Baca: Geser Indonesia, Thailand Resmi Jadi Tuan Rumah Perhelatan MotoGP
Camat Tanjung Palas Tengah Khoirul menyampaikan bahwa baru-baru ini, salah seorang warganya yang tinggal di Desa Salimbatu, sudah dinyatakan positif menderita penyakit Kaki Gajah.
Dia menilai bahwa penanganan yang dilakukan Pemkab Bulungan khususnya Dinas Kesehatan kurang maksimal.
Baca: Tinjau Lokasi Banjir Terparah, Begini yang Dilakukan Wakil Walikota Balikpapan Ini
Baca: Aneh tapi Nyata! Hujan Hanya Guyur Satu Rumah di Daerah Ini, Kok Bisa?
Baca: FOTO - Hujan Deras, Balikpapan Banjir, Permukiman, Jalan, Klinik Kesehatan hingga Lapak Hewan Kurban
Pasalnya, warga yang sudah dinyatakan positif tadi masih beraktivitas dan berbaur dengan masyarakat seperti biasa.
"Warga saya ini kenapa tidak ditangani, " ujarnya.
Baca: Geger! Akun Instagram Selena Gomez Unggah Foto Syur Justin Bieber, Begini Penampakannya
Baca: Jelang Detik-detik Penutupan Pendaftaran CPNS, Inilah yang Paling Diminati Pelamar
Baca: BREAKING NEWS - Dramatis, Ini Identitas Siswi SMKN 4 yang Keseret Banjir di Balikpapan
Dia khawatir, penyebaran penyakit ini kian meluas. Dan lebih jauh, jika tidak ditangani secara serius, Desa Salimbatu bisa dikucilkan.
"Bisa takut orang datang ke Desa Salimbatu, " katanya. (*)
Waspada Kaki Gajah Mewabah, Satu Orang Bisa Menulari 100 Orang
TRIBUNKALTIM.CO, SENDAWAR - Penyakit kaki gajah kronis atau filariasis saat ini tengah mewabah di wilayah Kutai Barat (Kubar).
Penyebaran penyakit hampir merata terjadi di 16 kecamatan. Masyarakat pun diminta waspada dan berhati-hati karena penyakit kaki gajah bisa menular.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kubar, tercatat ada 127 warga Kubar menderita penyakit yang ditularkan melalui nyamuk tersebut. Penderita penyakit gajah dialami orang dewasa hingga anak-anak. Menurut catatan Dinkes, seorang anak yang masih berusia 11 tahun diketahui mengidap penyakit kaki gajah.
"Saat ini Kubar dalam kondisi waspada penyakit kaki gajah," ungkap Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Barat, Depit Manual, SKM.
Dia menjelaskan, jumlah penderita penyakit kaki gajah di Kubar terus melonjak. Pada 2014 tercatat hanya 121 orang mengidap filariasis atau kaki gajah kronis. Namun pada 2016, angkanya sudah mendapai 127 orang.
"Perlu diketahui satu penderita kaki gajah bisa menularkan ke 100 orang, jadi warga harus waspada," tegasnya.
Menurut Depit, dari jumlah penderita sekarang diperkirakan pola penularannya terdiri dari 1 kasus kronis ada 10 kasus akut dan yang 100 kasus sudah tertular namun belum memunculkan gejala ke kasus kaki gajah.
Apabila ada 127 kasus kaki gajah kronis, diperkirakan ada 12 ribuan kasus akut, meski belum menimbulkan gejala dan berpotensi menular ke orang lain. "Gejala penyakit ini muncul lima sampai 10 tahun ke depan," tutur Depit.
Gejala penyakit kaki gajah tidak serta merta muncul dengan cepat. Angka 12 ribu belum menimbulkan gejala. Akan tetapi di dalam tubuh orang itu sudah terdapat cacing fileria.
Penularan penyakit kaki gajah hampir merata di setiap daerah. "Bahkan saat ini kami telah temukan ada siswa kelas 4 SD tertular penyakit ini. Kaki anak tersebut sudah mulai membengkak,"jelasnya.
Depit masih enggan menyebutkan nama dan daerah tempat tinggal anak itu, dengan alasan privasi pasien. Penyebab penyakit kaki gajah karena cacing, yang ditularkan lewat nyamuk.
Cacing tersebut masuk ke aliran darah dan berkembang biak. Semua spesies nyamuk memiliki hal sama dapat menularkan panyakit itu dengan menggigit manusia.
Secara otomatis sengatannya bisa menularkan cacing kaki gajah. "Lima sampai 10 tahun baru gejalanya muncul," ungkapnya.
Depit mengimbau masyarakat mewaspadai penyakit ini. sebab dapat mengakibatkan kelumpuhan bagi seseorang. "Kaki mulai membesar, terus infesi dan cacat," tegasnya.
Kasus kaki gajah juga terjadi di wilayah Paser, sebagian Bulungan, Kutai Timur, dan Penajam Paser Utara (PPU). Oktober mendatang, Pemkab Paser kembali menggelar program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filaria atau lebih dikenal penyakit kaki gajah.
Rencananya, POMP Filaria dilaksanakan 17 hingga 25 Oktober dengan masyarakat sasaran 257.699 jiwa.
Untuk menyukseskan POMP, Dinas Kesehatan Kabupaten Paser mengerahkan 2.725 kader kesehatan dan 824 orang tenaga kesehatan. Harapannya 85 persen dari sasaran dipastikan meminum obat yang diberikan, tidak dititipkan ke masyarakat sasaran agar sampai di rumah obatnya diminum.
"POMP ini pelaksanaan tahun kedua. Mengapa 2 tahun? Karena hasil evaluasi microfilaria masih di atas 1 persen, seharusnya di bawah 1 persen. Karena itulah keluar rekomendasi kalau kita harus melakukan pengobatan ulang selama 2 tahun, yakni 2015 dan 2016," kata Kepala Dinkes Paser dr I Dewa Made Sudarsana.
Pada POMP 2015, 92 persen dari sasaran menerima obat, tapi yang meminum obatnya diperkirakan 80 persen. POMP 2016 menerapkan obat yang diberikan langsung minum di tempat, sedangkan air minumnya disediakan Pemprov Kaltim dan masyarakat yang peduli pada upaya pemberantasan penyakit kaki gajah.
Perlu diketahui, lanjut Dewa, obat kaki gajah tidak tersedia di apotek atau toko-toko obat, tapi juga mampu membunuh seluruh jenis cacing di tubuh, baik cacing di perut maupun cacing di dalam darah. Cacing filaria ada di dalam darah, jika tidak diobati dan dibiarkan 5-10 tahun akan mengakibatkan pembesaran pada kaki atau beberapa anggota badan lainnya.
Sebaliknya, jika target POMP tercapai dan dilaksanakan dengan benar, nyamuk tidak lagi menyebarkan penyakit kaki gajah karena semua penderitanya sudah diobati.
Sementara itu, Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Paser Eko Ariyanto mengatakan dari 257.699 masyarakat sasaran, 85 persennya harus meminum obat kaki gajah. Mereka yang harus minum obat kaki gajah adalah masyarakat usia 2-70 tahun, terkecuali Ibu hamil, Ibu menyusui dan penderita penyakit berat.
Berhasil atau tidaknya POMP memutus mata rantai penyebaran penyakit kaki gajah ditentukan dari hasil survey darah jari. Jika masih ada positif menderita kaki gajah, maka pengobatan kaki gajah harus diulang dari awal.
"Survei darah jari dilakukan 6 bulan sejak POMP terakhir dilakukan, kalau masih ada yang positif, terpaksa diulang lagi karena akan menularkan ke orang lain," kata Eko.
Dengan kondisi keuangan daerah yang memprihatinkan, lanjut Eko, target POMP 2016 terasa berat untuk dicapai. POMP 2015 ditunjang pembiayaan Rp 1,3 miliar. (aas/naw/sar/dep)
***
Baca berita unik, menarik, eksklusif dan lengkap di Harian Pagi TRIBUN KALTIM
Perbarui informasi terkini, klik www.TribunKaltim.co
Dan bergabunglah dengan medsos:
Join BBM Channel - PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim