Gara-gara Ungkap Sejarah Lagu 'Genjer-Genjer', Admin Akun Ini Dicap Simpatisan PKI, Kok Bisa?

Berdasarkan data sejarah, Muhammad Arief, seorang seniman Banyuwangi kala itu menciptakan lagu genjer-genjer di masa penjajahan Jepang tahun 1942

Twitter/wikipedia.org

TRIBUNKALTIM.CO - Isu kebangkitan PKI kian mencuat di bulan September. Gerakan 30 September atau G 30 S PKI merupakan sejarah bagi bangsa Indonesia.

Berbagai kisah yang merujuk pada sejarah kekejaman PKI diungkapkan kembali.

Salah satunya adalah lagu Genjer-genjer yang dilabel sebagai lagu PKI.

Mengapa demikian? Padahal Genjer-genjer merupakan lagu berbahasa Osing dari Banyuwangi yang memiliki makna tentang kondisi ekonomi masyarakat.

Berdasarkan data sejarah, Muhammad Arief, seorang seniman Banyuwangi kala itu menciptakan lagu genjer-genjer di masa penjajahan Jepang tahun 1942.

Baca: Enak dan Sarat Gizi, Inilah Fakta Sayur Genjer yang Identik dengan Lagu PKI

Baca: Itu Lagu Perangnya PKI, Kivlan Zen Dengar Kabar Genjer-genjer Dinyanyikan di Kantor LBH

Sebelum masa pendudukan Jepang, wilayah Kabupaten Banyuwangi termasuk wilayah yang memiliki tingkat ekonomi tinggi.

Ditunjang pula dengan kondisi alam yang subur. Namun, saat pendudukan Jepang tahun 1942, kondisi Banyuwangi kekurangan bahan makanan.

Pada kondisi demikian kala itu, masyarakat harus mengolah tanaman yang tumbuh di sungai yakni, daun genjer (limnocharis flava) yang sebelumnya dianggap sebagai tanaman pengganggu.

Kondisi seperti inilah yang membuat Muhammad Arief terinspirasi untuk menciptakan sebuah lagu.

Baca: Gara-gara Film G30S/PKI, Setiap Tahun Sang Sutradara Dihujat dengan Tuduhan Ini

Baca: Inilah 3 Tangisan Soekarno yang Menjadi Sejarah, Salah Satunya karena Kekejaman PKI

Berikut lirik lagu Genjer-genjer:

Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer
Emak'e thole teko-teko mbubuti genjer
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tolah-toleh
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih

Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Dijejer-jejer diuntingi podho didhasar
Emak'e jebeng podho tuku nggowo welasah
Genjer-genjer saiki wis arep diolah

Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulak
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak
Setengah mateng dientas yo dienggo iwak
Sego sak piring sambel jeruk ring pelonco
Genjer-genjer dipangan musuhe sego

Baca: Wah, Ternyata, Eric Cantona Memiliki Darah dan Dukung Kemerdekaan Catalonia

Baca: Mengapa Jokowi Tak Menolak Ide Pemutaran Film G30S/PKI dari Panglima TNI?

Berikut arti lirik lagu "Genjer-Genjer" dalam Bahasa Indonesia:

Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Genjer-genjer di petak sawah berhamparan
Ibu si bocah datang memunguti genjer
Ibu si bocah datang memunguti genjer
Dapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihat ke belakang
Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang

Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasar
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ibu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambu
Genjer-genjer sekarang akan dimasak

Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Genjer-genjer masuk periuk air mendidih
Setengah matang ditiriskan untuk lauk
Setengah matang ditiriskan untuk lauk
Nasi sepiring sambal jeruk di dipan
Genjer-genjer dimakan bersama nasi

Namun, apa sebenarnya yang membuat lagu ini tidak boleh diperdengarkan?

Pasca kemerdekaan, lagu Genjer-genjer menjadi salah satu top hits Indonesia. Genjer-genjer dinyanyikan kembali penyanyi pop Lilis Suryani dan Bing Slamet di bawah label Irama Record pada 1965.

Kepopuleran lagu Genjer-genjer ternyata dimanfaatkan kaum komunis sebagai alat kampanye partai. Tujuannya untuk meningkatkan popularitas PKI.

Lagu yang memang menggambarkan penderitaan warga desa ini menjadi propaganda dan dinyanyikan pada berbagai kegiatan partai.

Hingga akhirnya orang-orang mulai menganggap lagu ini sebagai 'Lagu PKI".

Sejarah lagu yang kritis terhadap permasalahan ekonomi ini dianggap sebagai kesalahpahaman jika masih ada yang mengecap sebagai lagu PKI.

Baca: Di Candi Borobudur, Beginilah Sakralnya Prosesi Pernikahan Vicky Shu

Baca: Benarkah Lelang Mobil Koruptor Lebih Murah Dibanding Pasaran Mobkas?

Dilansir dari akun Twitter @TirtoID, akun ini mengunggah alur sejarah lagu Genjer-genjer.

Dijelaskan dalam akun tersebut dengan judul 'Salah Paham Genjer-Genjer'.

Alur pertama, lagu Genjer-genjer ditulis M. Arief pada 1942. Sebagai bentuk protes pada penjajahan Jepang yang membuat rakyat kelaparan.

Lagu ini kemudian lebih populer setelah dinyanyikan ulang oleh Bing Slamet dan Lilis Suryani pada 1962.

Lagu ini dipakai sebagai lagu kampanye Partai Komunis Indonesia (PKI).

Stigma buruk Genjer-genjer muncul di film Pengkhianatan G 30 S PKI lewat adegan fiktif anggota Gerwani menyilet wajah para jendral sambil menyanyikan lagu ini.

Stigma buruk tersebut berdampak pada keluarga Muhammad Arief selaku penulis lagu.

Setidaknya sampai tahun 2014, rumah keluarga M. Arief masih sering dilempari batu oleh orang tak dikenal.

Akun @TirtoID juga menuliskan keterangan seperti berikut:

"Lagu Genjer-Genjer dibuat untuk menggambarkan kesusahan warga saat penjajahan Jepang, bukan untuk PKI", tulisnya Selasa (19/9/2017).

(Twitter)

Unggahan ini kemudian mendapat tanggapan beragam dari netizen. Ada yang menanggapi tentang tanamanan genjer itu sendiri, bahkan ada pula yang mengingatkan admin akun agar berhati-hati.

Tak hanya itu, akun ini dianggap beberapa netizen sebagai simpatisan PKI.

@ArieKakiailatu "Padahal kalo di sayur , daun genjer itu enak banget lho"

@wak_apul "awas admin dicapak sarang PKI seperti kasus salah posting krmn wkwkwk"

@Tulang_Godang "Seandainya lagu yang dipakai waktu itu adalah dangdut, niscaya genre musik itu sudah punah sekarang."

@faridism "Jadi pengen makan sayur genjer, dimana belinya yah ?"

@ssubagyo69 "Owh.. admin nya simpatisan pki tooh..".

Jadi menurut kamu gimana tentang lagu 'Genjer-Genjer'? (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved