Nih Seniman Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Bagong Kussudiarja, Kenali Sosoknya

Dalam ulasannya, Google mempersembahkan ini sebagai bentuk peringatan 89 atas kelahiran sang seniman Bagong Kussudiarja.

Editor: Amalia Husnul A
Google
Goodle doodle tampilkan Bagong Kussudiardja 

TRIBUNKALTIM.CO - Google memberi apresiasi kepada pelukis legenda Indonesia, Bagong Kussudiardja.

Bagong Kuusdiarja jadi halaman depan Google alias Google Doodle, Senin (9/20/2017).

Dalam ulasannya, Google mempersembahkan ini sebagai bentuk peringatan 89 atas kelahiran sang seniman Bagong Kussudiarja.

Bagong Kussudiarja lahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1928. Beliau menghembuskan nafas terakhir di Yogyakarta, 15 Juni 2004 pada umur 75 tahun.

Kussudiarja tercatat sebagai salah seorang Koreografer dan Pelukis Indonesia. Dikutip wikipedia, Bagong memulai kariernya sebagai penari Jawa klasik di Yogyakarta pada 1954.

Baca: Masa Ciliknya Tomboy, Beranjak Dewasa Ternyata Ia Artis Cantik dan Seksi Idaman Banyak Pria

Baca: Sempat Disebut The Next Habibie, Inilah Rentetan Skandal Kebohongan Besar Dwi Hartanto

Baca: Duh Bella, Gelar Resepsi di Resort Mewah Kok Tetangga Gak Diundang. Untung Dapat Ini

Ia berkenalan dengan seni tersebut melalui Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo, yang dipimpin oleh Pangeran Tedjokusumo, seniman tari ternama.

Bagong mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT) pada 5 Maret 1958 dan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja pada 2 Oktober 1978.

Selama hidupnya, lebih dari 200 tari telah diciptakan, dalam bentuk tunggal atau massal, diantaranya; tari Layang-layang (1954), tari Satria Tangguh, dan Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih (1968), juga Bedaya Gendeng (1980-an).

Orangtua Bagong, RB Tjondro Sentono menikah dengan Siti Aminah, Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah Kus Sumarbirah, Bagong Kussudiardja, Handung Kussudyarsana, dan terakhir Lilut Kussudyarto.

Kakeknya, Gusti Djuminah konon adalah putra mahkota Sultan HB VII yang karena membelot, terpaksa harus menjalani hukuman kurantil (pengasingan).

Bagong Kussudiardja
Bagong Kussudiardja (Google)

Ayah Butet Kertaradjasa dan Seniman Pembaharu

Ia adalah ayah dari Butet Kertaradjasa dan Djaduk Ferianto.

Kakek enam cucu ini juga pelukis, bahkan termasuk perintis seni lukis batik kontemporer. Ia juga pernah bermain film, antara lain dalam Kugapai Cintamu.

Pada 1985, ia menerima Hadiah Seni Pemerintah RI, dan penghargaan Sri Paus Paulus VI atas fragmennya Perjalanan Yesus Kristus.

Untuk lukisan abstraknya yang dipamerkan di Dacca, ia beroleh medali emas dari pemerintah Bangladesh pada 1980.

Baca: Wuih, Dahlan Iskan Pamerkan Mobil Listrik di Kantornya, Begini Komentar Presiden Jokowi

Baca: Ayahnya Berpoligami, Bagaimana dengan Alvin Faiz? Begini Jawaban Arifin Ilhan yang Bikin Syok

Baca: Dua Debt Collector Ini Dijebloskan ke Penjara Gara-gara Tarik Mobil di Jalanan

Pada Desember 1984, Bagong memulai perjalanan lima bulan ke tujuh negara Eropa.

Bersama 14 penari, ia mengadakan 69 kali kegiatan: pentas tari, seminar, lokakarya, pameran batik, dan demonstrasi melukis batik.

Pada Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta, 20 Mei 1985, ia mempertunjukkan Pawai Lintasan Sejarah Indonesia, didukung 710 penari dan figuran.

Sebulan kemudian, Bagong beserta 100 penari muncul di pesisir Parangtritis, 27 km di selatan Yogyakarta.

Pentas tari kreasinya berjudul Kita Perlu Berpaling ke Alam dan Bersujud pada-Nya.

Bulan berikutnya ia dengan 15 penari manggung di Malaysia, mementaskan tari Gema Nusantara, Igel-igelan, dan Ratu Kidul.

Baca: Mayat Wanita Cantik Ditemukan, Ada Bungkusan Misterius di Lokasi, Ini 4 Fakta yang Ditemukan

Baca: Buru Koruptor hingga ke Luar Negeri, KPK China Telah Eksekusi 1,34 Juta Pejabat Sejak 2013

Baca: Terkuak Skandal Kebohongan Ilmuwan Palsu Indonesia, Dwi Hartanto Jalani Sidang di Belanda

Pada 5 Oktober 1985 di Jakarta, ia menampilkan Pawai Lintasan Sejarah ABRI yang melibatkan 8.000 seniman, militer, hansip, dan veteran.

Masa kecilnya yang sulit, kendati ia cucu G.P.H. Djuminah, kakak Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, membuat Bagong suka bekerja keras.

Ayahnya, pelukis wayang dan penulis aksara Jawa, kurang mampu menopang kehidupan keluarga. Bagong harus melakoni berbagai pekerjaan seperti menambal ban dan jadi kusir andong.

Dengan sederet kontribusinya terhadap perkembangan seni lukis dan koreografi kontemporer, layak memang sang seniman diapresiasi oleh siapapun. Bukan hanya oleh Google lewat halaman depannya. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved